Ganjar ternyata tidak bisa (atau tidak mau) bersatu dengan Prabowo. Pada waktu itu poling berpihak pada Prabowo, tapi Ganjar tidak mau jadi cawapres. Apalagi katanya pernah ada “perjanjian Batutulis”, tapi Megawati tidak mau menganggap itu sebagai faktor lagi.
Upaya Jokowi mempertemukan dan mempersatukan mereka berdua tidak main-main, luar biasa seriusnya. Berkali-kali Jokowi meng-endorse mereka berdua, berganti-gantian di setiap kesempatan yang tersedia. Prabowo hari ini dan besoknya Ganjar, begitu terus. Sampai masing-masing kubu terlihat seperti “berebutan blessing” dan mengklaim “jari telunjuk Jokowi” mengarah kepada mereka, tentu dengan segala argumentasinya yang beragam.
Masing-masing kubu meyakini bahwa keberpihakan Jokowi sebagai pemimpin paling popular di dunia ini akan berpengaruh besar pada elektabilitas mereka. Soal ini memang tak terbantahkan. Makanya mereka berdua ngotot mengklaimnya.
Jokowi bertiga bersama Prabowo dan Ganjar sampai mengadakan pembicaraan di pematang sawah. Bahkan membiarkan mereka berdua ngobrol secara privat, Jokowi “membiarkan” mereka berdua ngobrol dari hati ke hati. Rupanya ini pun tak membuahkan hasil berupa kesepakatan demi membangun koalisi besar yang kuat.
Prabowo akhirnya merangkul semua pihak, termasuk PSI yang dianggap partai “anak nakal” atau “partai bocil ingusan” oleh PDIP. Tentu saja kedatangan Prabowo sebagai tamu di rumahnya mesti dihormati oleh PSI. Disambut dengan hangat, walau PSI waktu itu menegaskan tidak ada deklarasi dukungan pada Prabowo dan belum mencabut dukungan pada Ganjar.
Berbagai dinamika terjadi. PSI adalah parpol yang menyatakan “Tegak Lurus pada Pak Jokowi”. Karena di tengah simpang siurnya dan begitu membingungkannya membaca peta politik yang kusut di negeri ini, maka Jokowi dianggap sebagai “Kompas Politik” yang paling bisa dipercaya. Tidak ada bau korupsi terhadap pribadinya, dan kinerja politiknya di kancah nasional maupun internasional tidak terbantahkan.
Ia bahkan berhasil menavigasi bangsa ini selama badai pandemi Covid-19 yang tak ada referensinya di dunia. Bahkan membuat Indonesia jadi studi-kasus dunia tentang kepemimpinan. Bagaimana mengendalikan kemudi membawa Indonesia keluar dengan selamat. Akhirnya, approval rate yang 75%-85% kokoh memeteraikan itu.
Nyatanya Jokowi masih terus mengupayakan terbentuknya koalisi besar yang mempersatukan Prabowo dengan Ganjar. Tapi tak membuahkan hasil. Sampai koalisi Gerindra, Golkar, PAN, dan beberapa parpol lainnya terbentuk. Prabowo capresnya, tapi cawapresnya belum jelas. Masing-masing ketua umum parpol dijagokan oleh parpolnya masing-masing. Bagaimana membangun konsensusnya?
Singkat cerita, setelah mempertimbangkan peta demografis pemilih 2024 yang didominasi Gen Z dan milenial, serta jalan kompromi antar ketum parpol koalisi, sekaligus menjamin keberlanjutan strategi pembangunan dan pertimbangan taktis elektoral lainnya, disepakati Gibran sebagai cawapres yang bakal mendampingi Prabowo.
Lalu jalan sulit itu pun ditempuh. Persoalan di MK (Mahkamah Konstitusi) pun dilewati dengan baik. Walau “perlawanan” dari pihak PDIP masih terus menggaungkan isu “inkonstitusionalitas” pencawapresan Gibran.
Tapi pada kenyataannya, cawapres Gibran sah secara konstitusi dan diumumkan oleh KPU (lembaga yang juga sah secara konstitusi). Sehingga garis tebalnya adalah: pencawapresan Gibran memang mesti melalui jalan panjang yang sulit (karena penolakan Ganjar/PDIP/Megawati) untuk bersatu dengan Prabowo, namun sah secara konstitusi.
Perlu dicatat bahwa PSI adalah parpol terakhir yang mendeklarasikan dukungannya pada Prabowo. Itu pun setelah Prabowo menyatakan Gibran sebagai calon wakil-presidennya. Begitulah perjalanan PSI dari Ganjar-Yenny ke Prabowo-Gibran. Bukan jalan mudah memang, tapi begitulah realitasnya.
Sekarang kontestasi sudah dimulai. Lembaga-lembaga survei silih berganti mengumumkan hasil jajak pendapatnya. Tak perlu diceritakan di sini hasilnya, semua sudah tahu.
Kita nikmati saja proses kontestasi ini, program dan kepemimpinan siapa yang bisa membawa Indonesia menjelang masa keemasannya?
Juga perlu diingat, King Maker di belakang ketiga paslon itu. Sesuai penetapan nomor urut capres-cawapres, nomor urut satu untuk Surya Paloh, nomor urut dua untuk Jokowi dan nomor urut tiga untuk Megawati. Itu maha penting.
Komentar