Kongres XXV PWI; Ternyata Anak Muda Itu Jadi Penentu

Puncaknya, dua jam sebelum sidang pleno pemilihan calon Ketum dimulai, keduanya bersepakat. Putaran pertama, Zulmansyah tetap maju dengan sisa suara yang ada, sembilan. Pada putaran kedua, suara Zulmansyah beralih ke Hendry. Momen kesepakatan dua tokoh itu sempat saya abadikan dalam sebuah foto. Semoga menjadi sejarah, minimal buat mereka berdua.

Akhirnya, Zulmansyah menjalani lakonnya sebagai penentu kemenangan Hendry Ch Bangun untuk menjemput takdir sebagai Ketum PWI Pusat lima tahun ke depan. Mengulangi perannya sebagai penentu kemenangan Atal S Depari lima tahun lalu di Solo. Bedanya, kali ini peran itu ditunjukkannya secara jelas dan tegas. Sepertinya ia ingin mengatakan bahwa anak muda yang dianggap remeh itulah pemain terakhir yang menentukan ke mana kartu jokernya diserahkan.

Proses Panjang
Sejak mendeklarasikan diri maju sebagai calon Ketum PWI di sela-sela Peringatan Hari Pers Nasional Tahun 2023, Februari di Medan, Zulmansyah sudah menunjukkan keseriusannya.

Dengan tagline Melakukan Perubahan Menuju PWI Hebat, Ketua PWI Riau ini bersafari ke berbagai daerah. Tidak sendiri. Minimal sekali berangkat empat orang. Awalnya, tak ada yang percaya. Ia dituduh sebagai orang Atal untuk menggembosi loyalis Hendry.

Kunjungan pertama adalah Pulau Jawa. Dari Yogya, Solo, Surabaya, dan terakhir Semarang. Lanjut ke Makassar, di mana pertemuan dilakukan dengan empat Ketua PWI Provinsi. Tak ketinggalan, Kantor PWI Jaya juga didatangi. Terakhir ke Pulau Borneo, bersilaturahmi dengan PWI Kalsel dan Kalteng.

Saya, Raja Isyam Azwar (Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Riau), dan Oberlin Marbun (Bendahara PWI Riau) –sesekali Novrizon Burman (Penasihat PWI Riau) ikut– selalu mendampingi Zulmansyah dalam setiap kunjungan. Dari diskusi yang terjadi, mereka menerima Zulmansyah dengan visi misi yang dibawanya.

Kondisinya sungguh berat. Zulmansyah mencoba masuk ke dalam dua kelompok pendukung Atal S Depari dan Hendry Ch Bangun, di mana sebagian besar masih orang yang sama. Sepertinya Kongres XXV Bandung adalah ajang pertarungan ulang, terutama buat loyalis Hendry. Mereka tidak mau kalah dua kali.

Tetapi apapun itu, silaturahmi tetap jalan. Safari terus lanjut. Kunjungan melebar ke senior-senior PWI di Jakarta. Diskusi dan komunikasi semakin intensif. Undangan Ketua Dewan Kehormatan (DK) PWI Pusat untuk memaparkan visi misi di depan anggota DK, disambut Zulmansyah.

“Didukung atau tidak, kita tetap berteman. Yang penting tak ada dusta di antara kita,” kata Zulmansyah, dalam setiap pertemuan dengan Ketua PWI Provinsi yang dikunjungi.

Sepak terjang Zulmansyah ini membuat atmosfir persaingan calon Ketum PWI Pusat menjadi lebih “hidup” dan bergairah. Dalam sejarah PWI, belum pernah ada Ketua PWI provinsi yang serius menyatakan maju mencalonkan diri sebagai ketua umum. Itu dibuktikannya dengan melakukan safari sekaligus silaturahmi ke pemilik suara, lengkap dengan visi misi yang jelas.

Dari rangkaian perjalanan silaturahmi (politik?) yang dilakukan itu, jelas banyak hal positif yang diperoleh. Selain menambah sahabat dan jaringan pribadi, berbagai masukan dari kawan-kawan PWI daerah membuat Zulmansyah semakin mengenal lebih dalam organisasi wartawan tertua dan terbesar di Tanah Air ini. Dan, itu ikut membentuk sikap dan pribadinya yang semakin matang.

Komentar