Oleh: Andre Vincent Wenas
Hampir tengah malam (Senin malam, 7 April 2025), Prabowo menemui Megawati di rumahnya, tidak ada keramaian dan tak ada pula press-conference yang menjelaskan apa saja yang dibicarakan.
Memang terkesan diam-diam. Padahal momen pertemuan itu yang paling ditunggu-tunggu publik. Besoknya Prabowo sudah berangkat kunjungan luar negeri diantar Wapres Gibran Rakabuming Raka ke bandara.
Beritanya pun seadanya saja, tak ada cameraman professional yang meliput untuk mengiringi wartawan dari media main-stream untuk bikin beritanya. Liputannya jadi amatiran.
Tapi dari liputan yang amatiran itu ada banyak komentar para pengamat professional yang berusaha menginterpretasikan makna pertemuan kedua tokoh itu. Tapi semua hanya menduga-duga, tak ada yang pasti.
Sementara ketika ditanya wartawan (Selasa, 8 April 2025), Joko Widodo menyambut baik pertemuan Megawati dan Prabowo di rumah kediamannya.
Katanya, “Pertemuan Pak Prabowo dan Bu Mega sangat baik, untuk kebaikan negara. Kalau bisa berkumpul akan jauh lebih baik dibandingkan tidak berkumpul.” Jokowi mengatakan pertemuan antartokoh bangsa sangat baik untuk kedamaian Indonesia. “Ini masih dalam suasana Lebaran, silaturahim antarpemimpin, antartokoh dengan baik.”
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) juga menyambut pertemuan kedua tokoh sebagai hal yang positif. Andy Budiman, Wakil Ketua Umum DPP PSI pada Rabu 9 April 2025 mengatakan, “Sangat positif. Pertemuan tokoh bangsa selalu baik dan bermanfaat. Kita butuh kebersamaan dan kekompakan dalam mengatasi masalah bangsa.”
Ditambahkan, “Jika pertemuan dengan Pak SBY dan Pak Jokowi terjadi, pasti membuat suasana semakin baik dan kondusif. Masyarakat butuh teladan dari para pemimpin bangsa.”
Prabowo yang berinisiatif menyambangi, dengan alasan ke publik untuk silaturahmi lebaran. Don Dasco dan Ahmad Muzani yang menemani Prabowo, ada juga Budi Gunawan yang dikatakan menemani Megawati. Banyak pengamat menginterpretasikan macam-macam. Ya boleh saja, bebas.
Tapi yang jelas pernyataan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani yang perlu kita garis bawahi, “Ibu Mega mengharapkan agar masa kepresidenan Pak Prabowo yang telah dilantik pada tanggal 20 Oktober 2024 bisa efektif untuk kebaikan dan kesejahteraan rakyat. Karena itu jika dianggap perlu silahkan menggunakan PDIP sebagai instrumen yang bisa digunakan untuk memperkuat pemerintahan tetapi tidak dalam posisi dalam koalisi.”
Catat, PDIP tidak dalam posisi dalam koalisi, maksudnya tidak bergabung dalam Koalisi Indonesia Maju Plus (KIM Plus).
Belum lama berselang pernyataan senada, walau konteks peristiwanya berbeda, juga diucapkan oleh Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem, pada Kamis, 3 April 2025 di kantor DPW NasDem Bali.
Kata-kata Surya Paloh persisnya begini, “Kenapa kami tidak ada dalam kabinet rezim Prabowo? Karena kami tahu diri, ada budaya malu lah bagi kami.” Sambil juga mengingatkan bahwa pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 lalu, Partai NasDem tidak mendukung pasangan Prabowo-Gibran.
Komentar