Oleh: Andre Vincent Wenas
JurnalPatroliNews – Jakarta – Kaesang Pangarep, Ketum PSI minta generasi muda tidak mencampur-adukan isu sepak bola dengan politik saat berkunjung ke Semarang pada Rabu, 13 November 2024 malam.
Kata “malam” mesti disebutkan karena jadwal Kaesang akhir-akhir ini super-duper padatnya, ia safari berkeliling Indonesia. Pagi, siang, sore dan malam bisa berada di kota yang berbeda. Tidak dengan menumpang private-jet temannya tapi naik pesawat komersial biasa dan kabarnya di kelas ekonomi pula.
Waktu ke Semarang kemarin kehadiran Kaesang dalam rangka memberi dukungan kepada paslon Akhmad Luthfi dan Taj Yasin di pilkada Jawa Tengah, dan paslon Yoyok Sukawi dan Joko Santoso untuk pilkada Kota Semarang.
Agenda kunjungannya pun jadi santapan pers. Kaesang ini figur yang menarik untuk jadi bahan berita. Selain putera bungsu mantan presiden Jokowi dan adik Wapres Gibran, pribadinya Kaesang sendiri pun unik, kata-katanya sering bersayap. Perlu kreativitas dan imajinasi untuk memahaminya.
Memang dia masih muda tapi “political behavior”nya malah sering bikin gemas para politikus tua, apalagi bagi para pengamat dari barisan penyinyir Jokowi yang tidak sembuh-sembuh itu.
Sakit kepala mereka serasa sudah mau meledak di ubun-ubun, Kaesang rencananya mau “dipencet” pakai isu “nebeng” private jet atau gratifikasi, nyatanya malah jadi mentah dengan sekali kunjungannya ke KPK. Akibatnya kekesalan mereka makin bertumpuk-tumpuk.
Kata-kata bersayapnya pun menarik dicermati. Ambil contoh dalam kunjungannya ke Semarang pada “malam-malam” kemarin itu, ia bilang supaya generasi muda agar tidak mencampur-adukan isu sepak bola dengan politik. Ngomongnya di kota Semarang, tapi gaung atau echo-nya merembet sampai ke suasana pilkada Jakarta.
Kita tahu sementara pihak sedang berusaha keras memanfaatkan sentimen fanatisme penggemar Persija agar tidak memilih anasir-anasir dari klub saingannya yaitu Persib Bandung. Inilah gaya mencampuradukan isu sepakbola dengan politik. Contoh yang gamblang sekali dalam upaya membodohi publik.
Memang sama sekali tidak relevan. Upaya “riding the waves” seperti itu sama sekali tidak mencerdaskan publik. Dalam ilmu logika disebut sebagai “Red Herring Fallacy” (Logical fallacy or reasoning error that occurs when a misleading argument or question is presented to distract from the main issue or argument at hand. Red herring refers to the piece of information that is used as a diversion).
Terjemahannya begini, kekeliruan logika atau kesalahan penalaran yang terjadi ketika argumen atau pertanyaan yang menyesatkan disajikan untuk mengalihkan perhatian dari isu atau argumen utama yang ada. Ikan haring merah mengacu pada informasi yang digunakan sebagai pengalih perhatian. Ya, pengalih perhatian. Sesat pikir.
Padahal sebagai rakyat kita sedang terlibat dalam kontestasi kepala daerah. Calon gubernur yang bakal memimpin Jakarta dengan segala kerumitan persoalan yang meliputinya yang harus diselesaikan dengan kecerdasan, plus keberanian dan determinasi yang kuat.
Komentar