Rencana pembangunan hotel di Pulau Serangan terlihat sebagai langkah ambisius untuk mendongkrak sektor pariwisata Bali. Namun, ambisi ini menyimpan ancaman besar bagi keselamatan penerbangan di Bandara Internasional Ngurah Rai.
Dengan posisinya yang hanya berjarak beberapa kilometer dari jalur pendekatan pesawat, setiap aktivitas pembangunan di Pulau Serangan harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati, mengingat risiko yang bisa merugikan operasional bandara dan keselamatan penumpang.
Data dari Kementerian Perhubungan menunjukkan bahwa pembangunan di kawasan pesisir dapat memengaruhi aliran udara di sekitar bandara. Bangunan tinggi, seperti hotel, menciptakan turbulensi yang mengganggu stabilitas pesawat saat mendekati landasan. Gangguan ini terutama berbahaya bagi bandara seperti Ngurah Rai, yang terletak di kawasan pesisir dengan pola angin yang kompleks.
Selain itu, potensi polusi cahaya dari hotel dan fasilitas pendukung lainnya dapat mengganggu sistem navigasi penerbangan, terutama pada penerbangan malam hari. Risiko lain yang harus diantisipasi adalah kemungkinan meningkatnya bird strike akibat perubahan ekosistem yang menarik burung untuk bersarang di sekitar wilayah tersebut.
Keselamatan penerbangan harus menjadi prioritas utama dalam setiap perencanaan pembangunan. Pemerintah dan pihak pengembang harus melakukan analisis dampak lingkungan secara menyeluruh, melibatkan para ahli penerbangan dan otoritas bandara. Langkah mitigasi harus diprioritaskan, seperti pembatasan ketinggian bangunan, pengelolaan ekosistem pesisir, dan pengendalian polusi cahaya.
Turbulensi akibat perubahan aliran udara bukanlah hal sepele. ICAO (Organisasi Penerbangan Sipil Internasional) mencatat bahwa turbulensi di jalur pendekatan dan pendaratan pesawat adalah salah satu penyebab utama kecelakaan udara di seluruh dunia. Bila Pulau Serangan dipenuhi bangunan tinggi tanpa perencanaan yang matang, risiko kecelakaan akan meningkat secara signifikan, mengancam nyawa ribuan penumpang yang menggunakan Bandara Ngurah Rai setiap harinya.
Masalah lain yang tak kalah serius adalah perubahan pola sedimentasi di sekitar Pulau Serangan. Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa aktivitas reklamasi atau pembangunan di kawasan pesisir sering kali memicu gangguan ekosistem laut, termasuk sedimentasi berlebih. Ketika Bandara Ngurah Rai memperpanjang landasan pacunya ke laut pada 2013, abrasi meningkat tajam di Pantai Kuta, dan sedimentasi mulai mengancam stabilitas struktur landasan.
Jika pembangunan di Pulau Serangan dilakukan tanpa analisis mendalam, sedimentasi dapat kembali menjadi ancaman, kali ini langsung menyasar landasan pacu Ngurah Rai. Genangan air akibat sedimentasi berlebih di sekitar landasan dapat memperburuk kondisi operasional, terutama saat musim hujan. Ini adalah risiko besar yang tidak boleh diabaikan.
Selain itu, hotel atau bangunan tinggi di Pulau Serangan juga dapat mengganggu sistem navigasi pesawat. Radar dan alat bantu navigasi seperti ILS (Instrument Landing System) sangat sensitif terhadap keberadaan struktur besar di sekitarnya. Pada 2018, pembangunan gedung tinggi di dekat Bandara Soekarno-Hatta sempat menyebabkan gangguan sinyal navigasi, mengancam keselamatan penerbangan. Jika hal serupa terjadi di Ngurah Rai, dampaknya bisa lebih fatal mengingat tingginya lalu lintas udara di bandara ini.
Pulau Serangan memang memiliki potensi ekonomi yang besar, tetapi potensi risiko yang ditimbulkan terhadap Bandara Ngurah Rai jauh lebih besar. Pemerintah harus memberlakukan moratorium pembangunan di Pulau Serangan hingga kajian komprehensif mengenai dampaknya terhadap keselamatan penerbangan selesai dilakukan.
Mengacu pada standar ICAO, bangunan tinggi di Pulau Serangan harus dilarang, terutama yang berada di jalur pendekatan pesawat. Setiap proyek di Pulau Serangan wajib melalui AMDAL yang melibatkan pakar penerbangan, ahli hidrodinamika, dan masyarakat setempat.
Bali adalah gerbang utama pariwisata Indonesia, dan Bandara Ngurah Rai merupakan simpul utama yang menghubungkan Bali dengan dunia internasional. Jangan sampai pembangunan di Pulau Serangan merusak reputasi Bali sebagai destinasi aman dan nyaman bagi wisatawan.
Keselamatan penerbangan harus menjadi prioritas utama. Rencana pembangunan yang berpotensi mengganggu jalur penerbangan atau mengurangi standar keselamatan bandara harus dikaji ulang secara mendalam. Faktor-faktor seperti perubahan alur angin, polusi cahaya, hingga potensi peningkatan risiko burung (bird strike) akibat ekosistem yang berubah harus diperhitungkan secara matang.
Kita tidak boleh membiarkan ambisi ekonomi yang tidak direncanakan dengan matang mengorbankan nyawa manusia dan stabilitas infrastruktur vital seperti Bandara Ngurah Rai. Pemerintah bersama otoritas terkait, termasuk Kementerian Perhubungan dan Otoritas Bandara, harus segera mengambil tindakan tegas untuk mencegah potensi bencana ini sebelum terlambat.
Langkah-langkah mitigasi harus dirancang sejak dini, termasuk analisis dampak lingkungan dan keselamatan penerbangan, agar Bali tetap menjadi destinasi unggulan yang aman bagi wisatawan dan masyarakat setempat.
Catatan: Nyoman Sarjana Praktisi Media
Komentar