Saking visionernya membuat tidak semua orang bisa memahaminya pada kondisi kondisinya masing-masing. Tapi semua kritik dan perdebatan soal IKN saat ini dipandang sebagai hal positif yang menunjukkan kepedulian dan keterlibatan masyarakat luas terhadap inisiatif perpindahan ibu kota negara.
Perpindahan ibu kota negara dipandang sebagai bagian integral dari proses revolusi mental bangsa. Bukan sekedar pembangunan fisiknya saja, tetapi lebih dalam dari segi mental kultural yang berdampak pada perubahan paradigmatik, perubahan sikap mental bangsa.
Adanya protes atau kritisakan, bahkan nyinyiran dan hinaan adalah hal biasa dalam manajemen perubahan. Gravitasi ini memang nyata dan memang perlu juga. Dalam “change management” disebut sebagai faktor control (pengendali) yang bisa menancapkan jangkar agar kita tidak hanyut mengawang-ngawang di alam khayal.
Namun suatu terobosan perlu diambil agar bangsa ini keluar dari paradigma lama “kita masih belum siap” dengan segala justifikasinya. Proyek besar IKN ini mau tidak mau telah menggeret mental bangsa untuk jadi revolusioner dan progresif. Menyeret kita semua ke terra-incognita yang menantang adrenalin anak bangsa.
Event peringatan hari kemerdekaan yang hybrid (di IKN dan di Jakarta) adalah suatu bentuk perayaan (celebration) yang dalam change-management diperlukan untuk menjaga momentum perubahan itu . Dengan selebrasi-selebrasi kecil di setiap tahapan bakal menyemangati kita dan merawat antusiasme bangsa.
IKN ini proyek bersejarah. Pertaruhannya terlalu besar untuk dibiarkan mangkrak. Point of no return, tak ada kamus mundur lagi.
Sekali lagi, proyek IKN ini sama sekali tidak terburu-buru. Tapi proyek ini berjalan sesuai jadwal (on-time dan on-track). Apakah karena sesuai jadwal maka dibilang buru-buru? Walahulallam. Mungkin ini yang perlu direvolusi mental, yaitu mental lambat asal telat lalu mangkrak.
Mulailah membiasakan diri untuk berpikir kritis dan positif. Merdeka! Merdeka dari kebuntuan berpikir.
Komentar