Adapun 7 smelter itu masing-masing dibangun oleh PT Quality Sukses Sejahtera, PT Dinamika Sejahtera Mandiri, PT Parenggean Makmur Sejahtera, PT Persada Pratama Cemerlang, PT Sumber Bumi Marau, PT Kalbar Bumi Perkasa, serta PT Laman Mining.
“Reaksi dari pembeli bauksit mentah saat ini mesti diantisipasi, misalnya mereka mengajukan gugatan. Tapi kita harus terus kasih pengertian bahwa negara kita yang tidak mau terus-terusan ekspor biji mentah. Indonesia harus bisa menikmati nilai tambahnya juga dong.”
“Indonesia sudah berani berkorban lho, dengan serta merta melarang ekspor bauksit ini kita menanggung risiko berkurangnya penerimaan negara sebesar USD 34,6 juta, ini setara dengan Rp 515 miliar dengan asumsi kurs yang Rp 14.900,-. Kalau sepanjang tahun 2023 ini artinya sebanyak 8,09 juta ton, nilainya jadi USD 288,52 juta atau Rp 4,3 triliun.”
“Karena itu program hilirisasi seperti ini mesti dikawal ketat, tak bisa dibiarkan atau dilepas sepenuhnya pada pengusaha yang selalu mencari celah untuk kembali ekspor biji mentahan, walau itu memang lebih mudah dan cepat untung. Tapi nilai tambah terbesarnya khan ada di produk turunannya, maka smelter bauksit adalah keharusan kalau kita serius dengan hilirisasi ini,” pungkas Andre menutup keterangannya.
Komentar