Pengamat: Pejabat Negara Harus Memiliki Sense Of Crisis dan Jadi Orang Yang Eling Siap Turun Tahta Tanpa Beban

JurnalPatroliNews – Jakarta – Semua pejabat, penguasa dunia dimanapun dimuka bumi ini atau bahkan diseluruh dunia akan tetap berlalu seiring waktu. Tidak ada yang abadi ataupun kekal, seperti pepatah ‘Gajah mati meninggalkan gadingnya, manusia mati meninggalkan budi kebaikan. Artinya yang abadi dan kekal itu adalah kebaikan yang dilakukan semasa hidup.

Ada yang menarik dilihat di penghujung akhir masa periode kedua presiden Joko Widodo atau Jokowi ini. Publik disuruh menonton tingkah laku pejabat negara atau publik yang membuat hati miris. Sebab hampir semua kebijakan di bidang pangan, yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat sudah tergadaikan kepada oknum mafia pangan.

Apapun keadaannya, sekarang semua dilakukan dengan cara upeti seperti masa penjajahan kompeni, “ujar Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (LAKSAMANA), Samuel F. Silaen di Jakarta (16/06).

Itulah sebabnya Indonesia berjuang untuk merdeka dari penjajahan yang ada. Sekarang lucunya adalah justru yang menjajah negeri ini adalah pejabatnya yang mendapat penugasan dari rakyat. Tapi rakyat diposisikan sebagai obyek bukan subyek pembangunan. Sementara itu, pejabat negara lupa penderitaan rakyat karena mata hati mereka sudah tertutup hidayah Allah, “kritik mantan fungsionaris DPP KNPI itu.

Rakyat yang seharusnya dibantu, dimudahkan oleh penguasa justru digulung dengan berbagai permainan elite ‘berkolusi’ dengan oknum-oknum pemburu rente importasi pangan, sehingga rakyat harus membeli kebutuhan hidup sehari-hari dengan harga yang mahal karena berbagai upeti disetorkan dimuka sehingga terjadi high cost yang dibebankan kepada pembeli yakni rakyat, “ungkap Silaen.

Komentar