Warga Jakarta, ungkap Cepi, juga sangat trauma dengan kalimat yang pernah dilontarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait agenda memindahkan Kantor Kepresidenan dari Istana Merdeka di Jakarta ke Istana IKN. Jokowi di depan kepala daerah seluruh Indonesia di IKN pada Selasa, 13 Agustus 2024 lalu, menyebut dirinya tiap hari dibayang-bayangi bau kolonial karena ikut menempati Istana yang dibangun era penjajahan Belanda.
“Presiden saja berkata seperti itu. Bisa dibayangkan bagaimana nasib gedung-gedung megah bersejarah besar zaman perjuangan para pahlawan kemerdekaan, yang selama ini jadi kantor-kantor kementerian dan lembaga tinggi negara, jika Jakarta benar-benar ditinggalkan karena tak lagi berstatus ibukota,” ungkap Cepi.
Karenanya, menurut dia, di kalangan masyarakat Jakarta mulai level menengah yang kritis berkembang kekhawatiran tentang nasib gedung-gedung megah bernilai bisa triliunan tersebut.
“Kalau perkantoran pemerintahan pusat berangsur pindah, apa mungkin gedung-gedung yang nilainya bisa triliunan yang bertebaran di Jakarta dibiarkan kosong melompong. Jadi, kalau Jakarta dipimpin kader partai yang tidak masuk dalam koalisi kekuasaan, minimal bisa jadi kekuatan rakyat untuk mengontrol, atau mengintip jika gedung-gedung bersejarah itu diminati pemodal,” kata Cepi.
Oleh karena itu, Cepi juga mendorong para relawan untuk mengajak elemen warga Jakarta untuk tegak lurus memenangkan pasangan Mas Pram dan Bang Doel dalam Pilkada mendatang.
“Warga jangan sampai goyah dengan godaan-godaan berbentuk bantuan macam apa pun. Bagi warga Jakarta yang usia Lansia belakangan digerojok kartu Lansia dapat Rp600 ribu per bulan, itu hak warga. Terima uangnya, dan jangan pilih kalau ada yang mengaitkan supaya mencoblos pasangan calon tertentu,” pungkas Cepi.
Komentar