Dalam upaya mengooptasi GMIM, Olly Dondokambey dan keluarga besarnya sekaligus diangkat jadi pengurus Sinode GMIM. Sehingga dengan demikian gereja di Minhasa itu telah telah terkooptasi sempurna dalam kekuasaan rezim PDIP di Sulut. Keluarganya jadi sumber daya dan sekaligus sumber dana.
Tapi sekarang semua skandal kotor dan praktek hipokrisi dalam politik itu mulai dibongkar. Satu persatu “orang-orangnya Olly” dipanggil ke Polda Sulut. Steven Kandouw (mantan Wagub) pun telah dipanggil Polda Sulut untuk dimintai keterangan seputar dana hibah ini pada Selasa, 8 April 2025, hampir 11 jam ia diperiksa di sana (dari jam 10.00 sampai jam 20.45 WITA).
Kapan giliran Olly Dondokambey dipanggil Polda Sulut? Ia yang sementara ini masih menjabat sebagai Bendahara Umum (BendUm) PDIP tentu mesti ikut bertanggungjawab soal dana hibah GMIM. Tempus kejadiannya pun terjadi semasa rezim PDIP berkuasa di Pemprov Sulut.
Kalau sampai Olly Dondokambey jadi tersangka dalam kasus dana hibah GMIM ini, maka ini benar-benar jadi aib yang luar biasa memalukan. Sekjen Hasto dan Bendum Olly jadi tersangka. Dua pukulan yang sungguh berat bagi PDIP, apalagi menjelang kongresnya sebentar lagi.
Memang, latar belakang politik (apapun bentuknya) haruslah diabaikan oleh aparat penegak hukum. Mereka bekerja semata-mata demi penegakan hukum. Kalau memang ada penyimpangan, ya ditindak. Dan bukti-bukti awal penyimpangan dana itu memang ada, maka Polda Sulut segera bertindak.
Maka kita ingat-ingat lagi pesan A.Z.R. Wenas, “Agama/Gereja di Minahasa harus menjalankan misinya lepas dari pengaruh negara.“ Jangan mencampuradukan urusan gereja dengan urusan politik praktis. Apalagi kalau sampai “menjual diri” untuk urusan elektoral partai tertentu. Ini ibarat Yudas Iskariot yang telah menjual Yesus.
Janganlah lupa, “Katowan intow tanu rukut maweles”, yang berarti “hidup manusia seperti rumput, kelak akan layu.” Sebelum hidup kita layu, marilah “Sitou Timou Tumou Tou” (mesti berarti bagi sesama) seperti pesan agung Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi (Sam Ratulangi) dulu.
I yayat u santi!
Jakarta, Minggu 13 April 2025
Andre Vincent Wenas,MM,MBA., Pemerhati Ekonomi dan Politik, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta
Komentar