Super-holding Danantara, dari Efisiensi ke Ekspansi Menuju Indonesia Emas 2045

Sedangkan Risk Management “is the systematic process of identifying, assessing, and mitigating threats or uncertainties that can affect your organization” (proses sistematis untuk mengidentifikasi, menilai, dan memitigasi ancaman atau ketidak pastian yang dapat memengaruhi organisasi Anda).

Secara umum ada lima tahapan dasar dalam suatu manajemen resiko atau desebut juga Risk Management Process. Mulai dengan mengidentifikasi resiko (identifying risks), lalu analisa resiko (analyze risks), kemudian skala prioritas (risk is prioritized), diikuti implementasi solusi (solution is implemented) dan akhirnya pemantauan (risk is monitored).

Ini adalah suatu disiplin manajemen, jadi harus dilaksanakan dengan jujur, tegas, teliti, serta konsisten dan konsekuen. Jangan mencla-mencle, banyak tawar-menawar (bargain) di ruang gelap yang membuat disiplin ini jadi bengkok dan banyak kepalsuannya. Ingat kasus (skandal) Jiwasraya, Asabri, Bumiputera dan lain-lain yang akhirnya mengakibatkan ‘financial fiasco’ di Indonesia.

Danantara yang telah resmi diluncurkan sebagai Badan Pengelola Investasi (BPI) pada tanggal 24 Februari 2025 adalah embrio super holding yang akan mengelola aset-aset BUMN. Tahap awal akan menaungi 7 BUMN (Bank Mandiri, BRI, PLN, Pertamina, BNI, Telkom dan MIND ID). Kemudian Danantara akan mengelola seluruh aset BUMN.

Mengacu pada 7 BUMN besar saja, total aset gabungannya mencapai 9.000 triliun rupiah. Dan kalau kita mengutip RUU BUMN yang telah disahkan pada sidang paripurna Selasa 4 februari 2025 menjadi UU, modal Danantara yang ditetapkan dalam RUU tersebut paling sedikit sebesar 1.000 triliun rupiah. Modal konsolidasi BUMN tahun buku 2023 adalah sebesar Rp 1.135 triliun.

Dari program efisiensi kemarin ada 306 triliun rupiah, dan efisiensi tahap kedua kabarnya bakal mencapai 750 triliun rupiah. Semoga program efisensi ini bisa mengeliminasi “kebocoran anggaran” yang kabarnya sekitar 30 persen itu dan dananya kemudian bisa dimanfaatkan untuk hal yang produktif.

Belum lama ini di World Government Summit 2025 – melalui video conference – dihadapan para pemimpin dunia, Presiden Prabowo Subianto bilang, nantinya Danantara akan memiliki dana modal kelolaan mencapai US $ 900 miliar atau sekitar Rp 14.715 triliun (kurs Rp 16.350). Ini size yang sangat raksasa sekali.

Memang banyak yang masih mesti dibereskan, kita tentu mendukung maksud baik pemerintah. Untuk mencapai pertumbuhan nasional sebesar 8 persen per tahun (dari sekarang yang sekitar 5 persen) perlu mengambil langkah-langkah besar dan bersifat terobosan (breakthrough).

Perlu diperhatikan, bahwa menurut UU BUMN yang baru disahkan, Danantara dapat melakukan investasi, baik secara langsung maupun tidak langsung, melakukan kerja sama dengan Holding Investasi, Holding Operasional, dan pihak ketiga. Ada pun keuntungan atau kerugian yang dialami badan Danantara dalam melaksanakan investasi sebagaimana dimaksud pada UU merupakan keuntungan atau kerugian badan. Bukan kerugian negara.

Karena itu Danantara harus diamankan bersama. Super-holding Danantara, embrio modalnya dari efisiensi untuk keperluan ekspansi menuju Indonesia Emas yang (semakin) bebas korupsi.

Karena itulah AKHLAK seperti yang sering digaungkan kalangan BUMN mesti terus dikawal oleh Pembina dan Penanggung Jawab Danantara yaitu Presiden Prabowo Subianto sendiri. Dibantu Dewan Penasehat yang terdiri dari Susilo Bambang Yudhoyono dan Joko Widodo.

Lalu Dewan Pengawas (semacam Dewan Komisaris) yang terdiri dari Erick Thohir (Ketua), Muliaman D. Hadad (Wakil Ketua), Sri Mulyani (Anggota), Tony Blair (Anggota). Dan jajaran Badan Pelaksana (semacam Dewan Direksi) yang terdiri dari Rosan Perkasa Roeslani (Kepala Badan Pelaksana/CEO), Donny Oskaria (Holding Operasional/COO) dan Pandu Patria Sjahrir (Holding Investasi/CIO).

Selamat bekerja. Kelolalah entitas ini menjadi berkelas dunia (world-class) sehingga menghasilkan dividend yang baik (melalui IRR dan Risk Management).

Itu semua untuk memungkinkan bonus demografi (demographic dividend) Indonesia bisa berkarya optimal melepaskan kita dari perangkap negara berpenghasilan menengah. Menjadi Indonesia Raya yang maju, gemah ripah loh jinawi.

Jakarta, Selasa 25 Februari 2025
Andre Vincent Wenas,MM,MBA., Pemerhati Ekonomi dan Politik, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis PERSPEKTIF (LKSP), Jakarta.

Komentar