Menjadikan Pura Tirta Sudhamala sebagai Obyek Wisata di Buleleng

JurnalPatroliNews – Buleleng – Pura Tirta Sudhamala merupakan salah satu pura yang cukup terkenal di Kabupaten Buleleng. Pura ini dikenal sebagai pura penglukatan dimana air atau tirta yang didapat berasal dari pancoran Sudhamala. Tirta tersebut dipercaya memiliki banyak khasiat sebagai tirta pengobatan.

 Setelah puluhan tahun tidak lagi menapakkan kaki, bertepatan dengan Hari Suci Penampahan Galungan Anggara Wage Dungulan, bertepatan dengan Hari Kelahiran Tirthayasa pribadi sasih Dungulan, Selasa (09/11) rasa kagum dan bangga menyaksikan keberadaan Pura Tirta Sudhamala di sisi barat Tukad Banyumala. Melihat dari dekat, ada aura magis yang mengalir di tubuh pribadi penulis ketika bersimpuh di balai pesandekan, sementara beberapa Jro mangku sibuk persiapan melaksanakan upacara untuk puluhan warga pemedek yang datang bergelombang.

 Karena cuaca tak mendukung di sasih berbeda, terjadi banjir besar, sehingga prosesi pengelukatan dilakukan oleh para pemangku kepada warga pemedek di sisi timur Tukad Banyumala. Pada musim cerah,prosesi pengelukatan dilakukan di pancoran Sudhamala.

 Puluhan tahun silam, penulis setiap hari Selasa wage Wuku Dungulan ~ hari Penampahan Galungan, usai mebat nglawar dengan keluarga datang ke Sudhamala sebatas mandi dan keramas di pancoran Sudhamala.

 Keberadaan Pura Tirta Sudhamala saat ini yang dipercaya memberikan anugerah bagi warga sesuai maksud nunas pengelukatan dari berbagai daerah di Bali, sudah semestinya dilirik pemerintah kabupaten Buleleng, khususnya Dinas Pariwisata menjadikan sebagai obyek wisata, seperti Yeh Sanih. Konsekuensinya, Pura Tirta Sudhamala masuk “guide book” dan mengucurkan dana untuk pelestarian serta jasa untuk pengelola dan Jro mangku. Pengelolaanya tetap diserahkan kepada Desa Adat Pakraman Banyuasri.

 Berikut sejarah singkat mengenai Pura Tirta Sudhamala dimana data yang kami peroleh berasal dari hasil wawancara kami dengan Kelian Desa Adat Pakraman Banyuasri

 Sekitar abad ke 18 terjadi ledakan air dahsyat yang tebing subak banyumala. Ledakan air tersebut menghasilkan kucuran air yang kemudian oleh warga Banyumala dipendak atau di sebarkan kepada seluruh warga dengan tujuan pembersihan dan pengelukatan. Air tersebut juga digunakan untuk pembersihan tukad Banyumala. Zaman pemerintahan Ki Barak Panji Sakti di Buleleng, tukad Banyumala berkedudukan sebagai benteng Buleleng barat dan tukad Buleleng di Banyuning sebagai benteng Buleleng timur.

 Dahulu tukad Bayumala itu sangat kotor atau cemar, karena banyak sapi-sapi petani di desa banyumala yang mati karena meminum air tukad tersebut. Pada bulan Mei 2007, kucuran air tersebut kemudian dibuatkan pancoran yang diberi nama Pancoran Sudhamala. Pada tanggal 21 September 2007, pembangunan pancoran itu selesai dan dilanjutkan dengan membangun pura sudhamala.

 Pembangunan pura ini mengembangkan konsep tri mandala yaitu mandala utama, mandala madya, dan mandala nista.  Bagian mandala utama yaitu tempat tukad banyumala dan pancoran Sudhamala berada serta terdapat pelinggih suci bernama Dewa Ayu Manik Sudhamala. Bagian mandala madya yaitu tempat persembahyangan dan ngaturang banten oleh para pemedek, bale pesandekan, serta

terdapat pelinggih suci yang bernama dewa taksu manic giri.  Bagian mandala nista yaitu tempat parkir para pengunjung atau pemedek yang ditempatkan di areal luar pura.

 Berdasarkan arti dari kamus, Sudhamala berarti pengobatan, sehingga pura tirta sudhamala berarti pura air pengobatan. Dalam konteks agama, sudhamala berarti pemarisudha, penglukatan dan peleburan. Fungsi dari tirta sudhamala  tersebut digunakan yaitu untuk mengobati orang yang terkena penyakit karena ilmu hitam, orang kurang waras, serta wanita atau ibu yang sedang hamil.

Komentar