Politik

Aji Mumpung, Pengamat Singgung Dinasti Politik: Kaesang Bakal Susul Gibran Masuk Politik

Beno
×

Aji Mumpung, Pengamat Singgung Dinasti Politik: Kaesang Bakal Susul Gibran Masuk Politik

Sebarkan artikel ini
Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep. (Instagram Gibran_selvi)

JurnalPatroliNews – Jakarta – Analis Sosial Politik dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menyebut masuknya Gibran Rakabuming ke politik merupakan bagian dari praktik dinasti politik yang bersembunyi di balik politik elektoral. Setelah Gibran, kini Kaesang disebut-sebut berminat masuk politik.

Menurut Ubedilah, jenis dinasti ini mengesankan seseorang dipilih oleh rakyat melalui pemilu, tetapi motif sesungguhnya adalah membangun dinasti politik agar keturunannya terus berkuasa dan menguasai sumber daya untuk kelangsungan kekuasaan diri dan keluarganya. “Jadi jika Gibran, Kaesang, dan lain-lainya keluarga Jokowi untuk maju mengikuti kontestasi secara politik liberal, secara aturan, boleh. Tetapi mereka bisa masuk kategori model baru politik dinasti,” kata Ubedilah dalam keterangannya, Sabtu, 28 Januari 2023.

JPN - advertising column


Example 300x600
JPN - advertising column

Menurut Ubedilah, secara substantif politik dinasti merupakan kekuasaan yang secara turun temurun dilakukan dalam kelompok keluarga yang masih terikat dengan hubungan darah, setter bertujuan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan. Jika dahulu politik dinasti dilakukan berdasarkan keturunan darah, menurut Ubedilah kini praktiknya melalui pemilu

Ia menerangkan, dalam terminologi budaya politik Jawa hal yang dilakukan oleh Gibran merupakan politik aji mumpung, yaitu suatu politik kekuasaan yang memanfaatkan posisi sosial dan politiknya untuk terus berkuasa baik diri maupun keluarganya. “Jadi mumpung ayahnya berkuasa maka dimanfaatkan agar anak dan menantunya juga berkuasa,” kata Ubedilah.

Menurut dia, perilaku dinasti politik yang haus kekuasaan ini dapat dicegah jika politikus mengedepankan kesadaran etik politik dan munculnya tekanan dari publik. Ubedilah mengatakan politik praktik haus kekuasaan merupakan yang dibenci dan ditolak oleh kesadaran etik. Sehingga, jika seorang politikus membangun dinasti melalui keturunannya, maka politikus tersebut telah kehilangan kesadaran etik karena aji mumpung.

Mengenai alasan dinasti politik dapat terjadi, Ubedilah menyentuh hal itu karena sejumlah faktor. Seperti di antaranya karena rasa takut kehilangan pengaruh dan takut terbongkar masalahnya oleh penguasa baru, serta karena nafsu untuk menumpuk kekayaan.

Soal tudingan dinasti politik, Gibran menyerahkan penilaian pada masyarakat. Ia menyebut pilkada adalah kompetisi, calon bisa terpilih atau tidak dipilih.

Berkaitan pandangan miring terhadap Kaesang, Gibran memiliki kemampuan. Ia mencontohkan Kaesang cukup berhasil dalam menangani manajemen Persis Solo dalam beberapa tahun terakhir. “Penilaian warga seperti apa, silakan. Warga juga tidak harus pilih Kaesang karena kompetisi. Yang jelas, Kaesang sudah pernah saya beri tugas dan berjalan baik memperbaiki Persis Solo. Itu bisa menjadi modal dan portofolio Kaesang di politik,” ujar Gibran kepada wartawan di Solo, Rabu 25 Januari 2023.