JurnalPatroliNews – Jakarta – Isu yang menyebut Presiden Prabowo Subianto hendak menyingkirkan tokoh-tokoh loyalis Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari jajaran Kabinet Merah Putih dengan memanfaatkan kritik dari PDIP dianggap terlalu mengada-ada.
Pernyataan ini disampaikan oleh Dedi Kurnia Syah, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), merespons dinamika panas antara PDIP dan Jokowi yang kembali mencuat ke permukaan.
Menurut Dedi, kritik yang dilontarkan PDIP terhadap sejumlah menteri yang sebelumnya menjadi bagian dari kabinet Jokowi merupakan hal yang wajar dan sering dijumpai dalam politik praktis.
“Kalau sampai ditarik pada asumsi bahwa Prabowo memerintahkan PDIP untuk menyerang loyalis Jokowi, itu jelas berlebihan. Kritik dari partai yang tidak masuk kabinet merupakan hal biasa,” ujar Dedi, Rabu, 28 Mei 2025.
Ia menjelaskan, PDIP saat ini memang berada di luar lingkaran pemerintahan, sehingga posisi kritis partai banteng itu bisa dimaklumi sebagai bentuk oposisi politik yang umum terjadi, apalagi setelah relasi antara Jokowi dan PDIP diketahui memburuk.
“Kritik PDIP ke mantan anak buah Jokowi adalah ekspresi dari kekecewaan yang belum terselesaikan. Hubungan yang renggang antara keduanya mendorong PDIP untuk mengambil jarak dan bersuara lebih keras,” jelas Dedi.
Ia menegaskan, tidak ada indikasi konkret bahwa Prabowo sengaja mendesain skenario penyingkiran loyalis Jokowi lewat tekanan politik dari PDIP. Fenomena ini, menurutnya, hanyalah cerminan dinamika politik yang sedang berkembang di ruang terbuka demokrasi.
Komentar