JurnalPatroliNews – Jakarta – Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), dinilai kurang mampu mengangkat elektabilitas pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah nomor urut 2, Ahmad Luthfi-Taj Yasin.
Menurut analis politik Universitas Esa Unggul, Jamiluddin Ritonga, ada dua alasan utama yang membuat mantan presiden tersebut gagal memberikan dampak signifikan dalam mendukung pasangan ini.
“Pertama, Jokowi kini berstatus sebagai rakyat biasa. Status tersebut mengurangi pengaruhnya dalam mendorong warga Jawa Tengah untuk memilih pasangan yang didukungnya,” ujar Jamiluddin pada Minggu, 17 November 2024.
Jamiluddin menjelaskan bahwa meskipun sebagian kecil masyarakat Jawa Tengah yang fanatik terhadap Jokowi mungkin masih mengikuti arahnya, jumlahnya tidak cukup signifikan untuk memenangkan pasangan Luthfi-Yasin.
“Kebanyakan warga Jawa Tengah tampaknya tidak tergolong dalam kelompok pendukung fanatik tersebut. Akibatnya, dukungan Jokowi tidak memberikan kontribusi besar pada elektabilitas pasangan yang diusungnya,” tambahnya.
Alasan kedua, lanjut Jamiluddin, adalah melemahnya akses Jokowi terhadap birokrasi setelah tidak lagi menjabat sebagai presiden. Hal ini membuat pengaruhnya terhadap aparatur sipil negara (ASN) dan kepala desa semakin terbatas.
“Jokowi tak lagi memiliki daya tekan yang kuat di lingkungan birokrasi. Karena itu, kehadirannya dalam kampanye pasangan Luthfi-Yasin tidak mampu memengaruhi pilihan ASN maupun kepala desa di luar Solo,” jelas Jamiluddin.
Ia menilai bahwa jika ada dukungan dari kalangan ASN kepada pasangan yang didukung Jokowi, itu kemungkinan hanya berasal dari wilayah sekitar kediaman Jokowi di Solo.
“Di luar Solo, Jokowi mungkin saja dianggap angin lalu. Bahkan, bisa jadi para ASN dan kepala desa di luar Solo lebih condong mendukung pasangan Handika-Hendi,” tutupnya.
Analisis ini mencerminkan tantangan yang dihadapi Luthfi-Yasin dalam memanfaatkan pengaruh Jokowi, yang kini tak lagi memiliki kapasitas politik seperti saat menjabat sebagai presiden.
Komentar