JurnalPatroliNews – Jakarta – Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI akan mengadakan Jakarta Geopolitical Forum ke-9 tahun 2025, yang mengangkat tema “Fragmentasi Geoekonomi dan Keamanan Energi.” Acara ini dijadwalkan berlangsung selama dua hari, mulai Selasa, 24 Juni hingga Rabu, 25 Juni 2025, bertempat di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat.
Gubernur Lemhannas, TB. Ace Hasan Syadzily, menyampaikan bahwa forum ini akan menjadi ajang pertemuan strategis antara para pengambil keputusan dari kementerian terkait, pelaku industri energi, kalangan akademisi dari berbagai universitas ternama, lembaga pemikir (think tank) dunia, serta para narasumber dari dalam dan luar negeri.
“Kami telah mengundang berbagai pihak yang relevan, termasuk yang terlibat dalam program hilirisasi sektor energi. Tidak hanya dari dalam negeri, tapi juga tokoh-tokoh internasional,” ujar Ace dalam konferensi pers di Hotel Borobudur, Senin, 23 Juni 2025.
Sejumlah negara sahabat turut mengonfirmasi kehadiran, di antaranya: Australia, Kamboja, Chili, Tiongkok, Ekuador, Mesir, Jepang, Malaysia, Filipina, Polandia, Rusia, Sri Lanka, Tunisia, Inggris, dan Vietnam.
Ace menjelaskan bahwa 12 duta besar telah menyatakan keikutsertaannya, bersama dengan perwakilan dari 15 kementerian dan lembaga nasional, serta 8 kepala daerah yang wilayahnya dikenal memiliki potensi energi besar. Selain itu, 23 rektor dari berbagai perguruan tinggi di dalam dan luar Jakarta juga akan berpartisipasi.
Secara keseluruhan, sekitar 800 peserta dipastikan hadir dalam ajang internasional ini.
Forum prestisius ini rencananya akan dibuka secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, pada hari pertama pelaksanaan.
Hari pertama akan difokuskan pada tema hilirisasi industri dan ketahanan energi sebagai respons terhadap dinamika geopolitik global. Sementara hari kedua akan menyoroti implementasi energi terbarukan sebagai pilar ketahanan ekonomi dan energi daerah.
Beberapa tokoh penting dijadwalkan hadir sebagai pembicara, seperti Jordan Lee dari Tony Blair Institute for Global Change yang dikenal sebagai pakar transisi energi, Rektor IPB Prof. Dr. Arif Satria, dan mantan Menteri ESDM sekaligus Penasihat Khusus Presiden Bidang Energi, Purnomo Yusgiantoro, bersama sejumlah narasumber terkemuka lainnya.
Komentar