JurnalPatroliNews – Jakarta – Pemerintah tengah merancang strategi untuk menggeser sebagian besar pasokan minyak mentah Indonesia yang selama ini digantungkan ke Timur Tengah dan Afrika, menuju Amerika Serikat. Langkah ini dimaksudkan untuk mereduksi defisit neraca dagang dengan mitra dagang terbesar kedua kita.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, mengungkapkan rencana tersebut usai rapat di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 15 Mei 2025.
“Kami akan memangkas pengadaan minyak dari beberapa negara di Timur Tengah dan Afrika,” ujar Bahlil.
Menurutnya, saat ini porsi impor minyak RI masih didominasi oleh Arab Saudi, Angola, Nigeria, Australia, dan beberapa negara lain, sedangkan Amerika Serikat baru menyumbang sekitar 4 persen. Melalui pergeseran ini, pemerintah menargetkan porsi impor dari AS menjadi mendekati 40 persen.
“Dengan menaikkan pasokan dari AS, kami berharap tarif resiprokal yang dikenakan Washington dapat diturunkan,” jelasnya.
Meski begitu, Bahlil menekankan bahwa proses negosiasi dengan pihak Amerika sedang berlangsung intensif. Ia memastikan, skema baru ini akan disusun agar komitmen dagang dengan negara-negara lain tetap terjaga.
“Kami tengah merumuskan formula agar keseimbangan kerjasama eksternal tidak terganggu,” ucapnya.
Sementara untuk jadwal pelaksanaan pengalihan impor tersebut, kata Bahlil, masih menunggu finalisasi kesepakatan bilateral.
“Setelah negosiasi rampung, baru kita sepakati langkah teknis dan waktunya,” tutup Bahlil.
Komentar