JurnalPatroliNews – Jakarta – Ancaman pemblokiran deklarasi bersama Uni Eropa (UE) terkait Ukraina kembali mencuat setelah Hungaria dan Slovakia menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap strategi blok tersebut. Kedua negara mendesak perubahan pendekatan dalam memberikan dukungan kepada Ukraina yang saat ini masih berperang melawan Rusia.
Mengutip TVP, Selasa (4/3/2025), para pemimpin UE dijadwalkan berkumpul dalam pertemuan puncak luar biasa pada Kamis untuk membahas bantuan tambahan bagi Ukraina, jaminan keamanan Eropa, serta pendanaan untuk sektor pertahanan. Namun, Hungaria dan Slovakia memperingatkan bahwa mereka dapat menghalangi deklarasi bersama terkait dukungan bagi Kyiv.
Dalam rancangan pernyataan yang telah disiapkan untuk pertemuan tersebut, negara-negara anggota UE ditegaskan tidak akan mengadakan negosiasi mengenai Ukraina tanpa melibatkan Kyiv secara langsung. Selain itu, setiap perjanjian damai untuk Ukraina harus mencakup jaminan keamanan yang kuat dan kredibel bagi negara tersebut.
Rancangan ini juga menekankan bahwa semua bantuan, termasuk dukungan militer, akan tetap diberikan dengan mempertimbangkan kepentingan semua negara anggota, serta kebijakan keamanan dan pertahanan masing-masing negara.
Namun, Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban dan Perdana Menteri Slovakia Robert Fico menyatakan ketidaksetujuannya dengan pendekatan UE. Dalam surat yang dikirim kepada Presiden Dewan Eropa António Costa pada Sabtu lalu, Orban menyebutkan adanya perbedaan strategis dalam kebijakan UE terhadap Ukraina.
“UE seharusnya mengikuti langkah Amerika Serikat (AS) dan mulai membuka pembicaraan langsung dengan Rusia mengenai gencatan senjata dan perdamaian jangka panjang di Ukraina. Pendekatan ini berbeda dari isi rancangan deklarasi yang sedang dibahas,” ujar Orban.
Lebih lanjut, Orban mengusulkan agar UE membatasi kesimpulan tertulisnya hanya untuk mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB yang diadopsi pada 24 Februari. Resolusi yang didukung AS ini tidak secara eksplisit menyebut Rusia sebagai agresor, tidak mengutuk invasi Rusia, serta hanya menyebut konflik tersebut sebagai “perang Rusia-Ukraina,” yang menyerukan diakhirinya perang secara permanen.
Komentar