JurnalPatroliNews – Jakarta – Cuaca ekstrem panas mulai melanda berbagai wilayah di Indonesia, menandai awal transisi menuju musim kemarau.
Fenomena suhu menyengat ini dirasakan seperti udara ‘mendidih’, dan bahkan disebut-sebut seperti berada di tengah “neraka bolong” oleh warga yang terdampak.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa Indonesia saat ini berada dalam fase peralihan dari musim hujan menuju kemarau. Data BMKG menunjukkan bahwa pada pekan kedua April 2025, sekitar 2% wilayah Indonesia telah resmi memasuki musim kering.
Meski sebagian besar atmosfer masih mengandung kelembaban tinggi (sekitar 70-90%), cuaca panas ekstrem tetap terjadi. Suhu udara maksimum dalam beberapa hari terakhir tercatat menembus angka 35°C di sejumlah lokasi.
BMKG mencatat suhu tertinggi mencapai 37,9°C di Stasiun Juanda, Jawa Timur, disusul Papua Selatan sebesar 37°C dan Tangerang Selatan 35,4°C. Faktor pemicu suhu ekstrem ini antara lain langit cerah yang memaksimalkan radiasi matahari, posisi semu matahari yang sedang mendekati garis khatulistiwa, serta kecepatan angin yang rendah yang membuat panas tidak tersebar merata.
Kondisi tersebut diperparah dengan kelembaban tinggi, sehingga suhu yang dirasakan tubuh menjadi lebih panas dari angka termometer.
Musim Kemarau 2025 Lebih Singkat
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa musim kemarau tahun ini diperkirakan lebih pendek dibanding biasanya. Berdasarkan analisis dinamika iklim hingga pertengahan April, fenomena global seperti ENSO dan IOD berada dalam kondisi netral, yang berarti tak ada gangguan besar dari Samudra Pasifik maupun Hindia.
Namun, suhu permukaan laut yang cenderung lebih hangat diperkirakan akan bertahan hingga September dan memengaruhi pola cuaca lokal.
Puncak musim kering diprediksi terjadi antara Juni hingga Agustus 2025, dengan wilayah seperti Jawa Tengah dan Timur, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Maluku berpotensi mengalami kekeringan parah.
Dari total wilayah Indonesia, sekitar 60% diperkirakan akan mengalami kemarau normal, 26% lebih basah dari biasanya, dan sisanya 14% lebih kering.
Imbauan BMKG: Lindungi Diri dari Paparan Panas
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap siaga dan menjaga kesehatan di tengah cuaca panas ekstrem. Beberapa saran penting antara lain:
- Gunakan tabir surya atau pelindung kulit saat beraktivitas di luar ruangan.
- Penuhi kebutuhan cairan tubuh agar terhindar dari dehidrasi atau heatstroke.
- Waspadai hujan lokal yang dapat terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi.
- Hindari area terbuka saat hujan disertai petir dan angin kencang.
- Perhatikan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor yang masih bisa terjadi meski musim kemarau sudah mendekat.
- Ikuti informasi cuaca terbaru melalui kanal resmi BMKG.
Prakiraan Cuaca Sepekan ke Depan
BMKG juga merilis prakiraan cuaca untuk periode 29 April hingga 5 Mei 2025. Cuaca diperkirakan masih berubah-ubah akibat masa peralihan musim.
29 April – 1 Mei 2025:
- Hujan lebat: Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua Pegunungan, Papua Selatan.
- Angin kencang: Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, NTT, Papua Selatan.
2 – 5 Mei 2025:
- Hujan lebat: Bangka Belitung, Kalimantan Timur, Papua Pegunungan, Papua Selatan.
- Angin kencang: NTT, Maluku, Papua Selatan.
Masyarakat diimbau tetap waspada dan menyesuaikan aktivitas harian dengan kondisi cuaca yang dinamis ini.
Komentar