JurnalPatroliNews – Jakarta – OpenAI memutuskan untuk menghentikan akses dan layanannya bagi pengguna di China. Alasan di balik keputusan mendadak ini belum dijelaskan oleh pihak OpenAI, Mulai 9 Juli.
Namun, keputusan tersebut membuka peluang besar bagi perusahaan-perusahaan kecerdasan buatan (AI) di China untuk merebut pasar yang sebelumnya dikuasai oleh perusahaan Amerika Serikat ini.
Baidu, misalnya, menawarkan 50 juta token gratis untuk model AI Ernie 3.5, serta layanan migrasi tanpa biaya. Zhipu AI, perusahaan lokal lainnya, menyediakan 150 juta token gratis untuk model mereka. Selain itu, Tencent Cloud memberikan 100 juta token gratis untuk model AI-nya kepada pengguna baru hingga akhir Juli.
Xiaohu Zhu, pendiri Center for Safe AGI yang berbasis di Shanghai, berpendapat bahwa kepergian OpenAI dari China memicu kekhawatiran dalam komunitas AI China. Namun, hal ini juga dapat mempercepat pengembangan perusahaan domestik yang saat ini bersaing ketat dengan perusahaan Amerika Serikat.
“Pesaing menawarkan jalur migrasi bagi mantan pengguna OpenAI, melihat ini sebagai peluang untuk memperluas basis pengguna mereka,” kata Zhu seperti dikutip dari The Guardian pada Jumat (11/7).
China diperkirakan memiliki setidaknya 130 model bahasa berukuran besar, yang mencakup 40 persen dari total model bahasa dunia, menjadikannya yang kedua setelah Amerika Serikat. Meskipun perusahaan-perusahaan AS seperti OpenAI telah memimpin dalam AI generatif, perusahaan China semakin menonjol berkat penawaran harga yang lebih murah.
Winston Ma, seorang profesor di Universitas New York, menyatakan bahwa kesempatan ini akan digunakan China untuk menjadi lebih mandiri dan menawarkan model LLM-nya secara gratis.
“Kepergian OpenAI merupakan kejutan jangka pendek bagi pasar China. Namun, ini dapat memberikan peluang jangka panjang bagi model LLM domestik untuk diuji secara nyata,” kata Ma.
Komentar