JurnalPatroliNews – Jakarta – Di tengah tensi geopolitik yang terus memanas antara Washington dan Beijing, Tesla resmi menandatangani kesepakatan strategis untuk membangun fasilitas pembangkit energi baterai skala besar di Shanghai, Tiongkok sebuah langkah besar yang menunjukkan fokus perusahaan ke pasar Asia.
Lewat unggahan resmi di akun Weibo, Tesla mengumumkan bahwa proyek ini akan menjadi fasilitas penyimpanan energi terbesar di Tiongkok setelah selesai dibangun.
Teknologi ini menggunakan baterai berskala utilitas untuk menyeimbangkan beban pasokan dan permintaan listrik, terutama dari energi terbarukan seperti surya dan angin yang cenderung fluktuatif.
Nilai Proyek Capai Rp9,1 Triliun
Menurut laporan Yicai, media bisnis terkemuka di Tiongkok, proyek ini bernilai sekitar 4 miliar yuan atau setara dengan Rp9,1 triliun, dan dikerjakan bersama Pemerintah Kota Shanghai serta perusahaan leasing Kangfu International.
Tesla menyebutkan bahwa pabriknya di Shanghai telah memproduksi lebih dari 100 unit Megapack sepanjang kuartal pertama 2025. Satu Megapack sendiri mampu menyuplai 1 Megawatt energi selama 4 jam.
“Fasilitas ini akan menjadi semacam ‘pengatur pintar’ untuk sistem kelistrikan kota—mengelola pasokan energi dengan lebih fleksibel dan efisien,” tulis Tesla.
Lebih lanjut, Tesla mengklaim bahwa sistem tersebut mampu meredam tekanan kebutuhan listrik di area urban dan menciptakan pasokan yang stabil, aman, dan berkelanjutan.
Strategi Lawan Dominasi BYD dan CATL
Proyek ini juga memiliki nilai strategis tinggi karena Tesla tengah bersaing ketat dengan produsen lokal seperti BYD dan CATL. Keduanya saat ini menguasai pasar kendaraan listrik dan baterai di kawasan Asia.
CATL sendiri memiliki pangsa pasar global sebesar 40% dan disebut akan menjadi salah satu pemasok utama sel baterai untuk Megapack Tesla, sebagaimana dilaporkan Reuters dari sumber dalam.
“Kesepakatan ini penting bagi Tesla, mengingat dominasi CATL dalam rantai pasok baterai dan posisi kuat BYD di pasar domestik Tiongkok,” kata analis industri otomotif.
Di Tengah Bayang-Bayang Perang Dagang
Langkah Tesla juga dilakukan di tengah ketegangan ekonomi AS-Tiongkok, terutama pasca Presiden Donald Trump kembali meluncurkan gelombang tarif impor baru yang menargetkan produk asal Tiongkok.
Namun Tesla tampak tetap agresif memperluas ekspansinya. Fasilitas penyimpanan energi ini tidak hanya untuk pasar domestik, tapi juga menjadi basis ekspor Megapack ke Asia dan Eropa.
Target Ambisius Energi Bersih Tiongkok
Pada Mei 2024, Pemerintah Tiongkok menargetkan penambahan 5 GW energi dari sistem baterai grid hingga akhir 2025, dengan target total kapasitas mencapai 40 GW.
Menurut IEA (International Energy Agency), sistem penyimpanan energi global mengalami lonjakan besar pada 2023 dengan pertambahan kapasitas mencapai 42 GW, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Langkah Tesla membangun basis manufaktur baru di Shanghai dianggap sebagai bagian dari visi global energi bersih, sekaligus respons atas peningkatan permintaan yang luar biasa di Asia.
Komentar