Ilmuwan Argentina Temukan Fosil Kecebong Tertua dari Era Dinosaurus

JurnalPatroliNews – Argentina – Para ilmuwan di Argentina baru-baru ini menemukan fosil kecebong yang diyakini sebagai yang tertua di dunia, berasal dari masa 161 juta tahun lalu, saat dinosaurus masih mendominasi Bumi pada Periode Jurassic.

Fosil kecebong ini, yang panjangnya sekitar 16 sentimeter (6,3 inci), memberikan wawasan baru tentang evolusi katak dan kodok. Peneliti menyebutkan bahwa kecebong tersebut menunjukkan sedikit perubahan dari kecebong modern, sehingga bentuknya tetap mempertahankan karakteristik zaman Jura.

Dilansir dari Reuters pada Kamis, 31 Oktober 2024, spesimen fosil yang dikenal sebagai Notobatrachus degiustoi ini ditemukan dalam keadaan sangat baik, bahkan terdapat sisa jaringan lunak yang jarang terlihat pada fosil.

Menurut para peneliti, bagian mata dan saraf kecebong dapat terlihat sebagai bekas berwarna gelap yang berada di posisi anatomi yang asli dalam fosil tersebut.

Fosil tersebut ditemukan pada tahun 2020 selama penggalian fosil dinosaurus di sebuah lokasi di Provinsi Santa Cruz, sekitar 2.300 kilometer dari Buenos Aires, tepatnya di kawasan Patagonia yang luas di Argentina Selatan. Bagian kepala dan sebagian besar tubuh kecebong ini terawetkan dengan baik.

Katak umumnya memiliki siklus hidup dengan dua fase, di mana larva air (kecebong) mengalami metamorfosis menjadi katak dewasa. Fosil ini menunjukkan kecebong dalam fase akhir metamorfosis.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa ukuran kecebong ini mirip dengan ukuran katak dewasa spesies tersebut.

“Ini bukan hanya fosil kecebong tertua yang diketahui, tetapi juga salah satu yang paling lengkap, memberikan gambaran tentang ukuran spesies katak yang hidup di masa lalu,” ujar Mariana Chuliver, ahli biologi dari Fundación Azara-Universidad Maimónides dan penulis utama penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature pada 30 Oktober 2024.

“Fosil ini bahkan mengandung jaringan lunak seperti saraf dan mata. Tetapi yang paling penting adalah adanya kerangka hyobranchial, yakni tulang rawan yang mendukung insang kecebong,” lanjut Chuliver.

Menurut Chuliver, kecebong ini memberi petunjuk tentang pola makan dan cara hidupnya, sekaligus mengungkap bahwa morfologi kecebong secara keseluruhan hampir tidak berubah selama lebih dari 160 juta tahun terakhir.

Komentar