JurnalPatroliNews – Jakarta – Kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia melonjak drastis pada tahun 2024, menembus angka tertinggi sejak pertama kali virus ini ditemukan di tanah air.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, terdapat lebih dari 257 ribu kasus DBD sepanjang tahun lalu, dengan jumlah korban meninggal mencapai lebih dari 1.400 orang.
“Catatan ini menjadi yang tertinggi dalam sejarah dengue di Indonesia,” ujar dr. Fadjar S.M. Silalahi, Ketua Tim Kerja Arbovirosis Kemenkes, dalam sebuah webinar bertema penanggulangan dengue, Selasa (6/5/2025).
Ia menambahkan, banyaknya kasus kematian disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala dan pencegahan dini penyakit ini. Padahal, menurutnya, DBD merupakan penyakit yang bisa dicegah apabila masyarakat waspada dan menerapkan perilaku hidup bersih serta sehat.
Memasuki April 2025, tercatat ada 47.164 kasus DBD baru dengan 212 kematian. Meski jumlahnya lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, dr. Fadjar mengingatkan bahwa ancaman DBD tetap tinggi.
“Dengue tidak mengenal musim. Meski paling sering meningkat saat musim hujan, kasus bisa terjadi sepanjang tahun,” jelasnya. Ia menegaskan bahwa perubahan iklim dan pola cuaca sangat memengaruhi perkembangan populasi nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebaran virus ini.
Pemerintah melalui Kemenkes tengah menjalankan Strategi Nasional Penanggulangan Dengue (STRANAS) 2021–2025, dengan target ambisius: nol kematian akibat DBD pada tahun 2030.
Sebagai bagian dari strategi tersebut, Kemenkes mendorong keterlibatan aktif masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN), menjaga kebersihan lingkungan, serta mempertimbangkan vaksinasi sebagai perlindungan tambahan.
“Tidak ada satu pun yang kebal terhadap virus ini. Pencegahan harus dilakukan bersama, mulai dari rumah,” tutup dr. Fadjar.
Komentar