JurnalPatroliNews – Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengajak semua masyarakat Indonesia untuk memperkuat imun antikorupsi.
Begitu yang disampaikan Firli memperingati Hari Keadilan Internasional (World Day for International Justice) yang diperingati setiap 17 Juli.
Menurut Firli, peringatan tersebut merupakan momentum untuk lebih meningkatkan kewaspadaan akan ragam kejahatan kemanusiaan yang senantiasa mengancam eksistensi peradaban umat manusia.
Salah satunya adalah korupsi. Korupsi menurut Firli adalah, salah satu kejahatan kemanusiaan yang saat ini menjadi musuh bersama seluruh bangsa di dunia.
Tak terkecuali bangsa Indonesia yang memiliki catatan dan sejarah kelam dengan kejahatan korupsi.
“Korupsi menjauhkan suatu bangsa bangsa di dunia dari kata kemakmuran, bahkan korupsi dapat menyebabkan gagalnya suatu negara mewujudkan tujuannya,” ujar Firli kepada wartawan, Minggu (18/7).
Karena sambung Firli, sudah tidak terhitung dampak mematikan akibat korupsi yang menghancurkan setiap tatanan kehidupan suatu bangsa.
Bahkan, membawa ketidakadilan, ketimpangan, kemiskinan serta keterbelakangan rakyat dalam sebuah negara.
“Korupsi jelas menjadi tembok besar untuk mewujudkan salah satu tujuan kita dalam bernegara, yaitu memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi segenap rakyat Indonesia, mengingat korupsi bukan hanya merugikan perekonomian semata namun dapat meluluh lantakkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di republik ini,” jelas Firli.
Firli menganggap bahwa korupsi seperti virus Corona. Karena, korupsi terbukti mampu beradaptasi, berevolusi bahkan berinovasi dalam kondisi apapun.
Sehingga, siapapun yang tidak menjaga imun antikorupsi dapat terpapar dan menularkannya ke orang-orang yang minim integritas, etika serta moral.
“KPK yang lahir dari rahim dan dibesarkan oleh rakyat, Insya Allah akan teguh menjalankan misi utama memberantas korupsi di negeri ini, agar tujuan bernegara dapat terwujud seutuhnya seperti cita-cita dan harapan FoundingFathers serta segenap bangsa Indonesia,” terang Firli.
“Memang bukan persoalan mudah, namun tidak terlampau sukar untuk mencabut jantung dan akar korupsi dari penjuru bumi pertiwi. Perlu konsistensi nasional dalam segenap upaya memberantas korupsi di negeri ini,” sambung Firli.
Kekonsistenan tersebut masih kata Firli, harus dimulai dari diri sendiri yang memerlukan keteguhan dan keikhlasan luar biasa untuk menjauhi perilaku koruptif dalam keseharian.
Hal itu perlu dilakukan untuk mewujudkan konsistensi nasional dalam perang badar melawan korupsi di NKRI.
“Sekali lagi kami ingatkan bahwasanya korupsi terbukti mampu beradaptasi, berevolusi hingga berinovasi dalam situasi dan kondisi apapun di negeri ini sehingga kejahatan kemanusiaan ini dapat terjadi secara sistematik, terstruktur dengan dampak destruktif sistemik,” kata Firli.
Sebagai kejahatan kemanusiaan, korupsi yang dipandang dunia sebagai kejahatan luar biasa harus ditangani bersama oleh seluruh umat manusia di dunia, khususnya bangsa Indonesia seperti yang diamanatkan dalam mukadimah atau pembukaan UUD 1945.
“Kita segenap anak bangsa memiliki harapan Indonesia yang kita cita-citakan bisa terwujud yaitu Indonesia yang bebas dan bersih dari korupsi, Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Indonesia yang sejahtera, Indonesia yang cerdas, Indonesia yang ikut aktif memelihara perdamaian dunia, dan Indonesia yang membanggakan seluruh rakyat Indonesia,” terang Firli.
Di Hari Keadilan Internasional yang diperingati pada kemarin, Firli mengajak untuk tidak hanya menjadi seremoni tahunan semata.
Namun, makna dan esensi World Day for International Justice seharusnya menjadi momentum bagi bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia untuk meneguhkan imun antikorupsi diri sendiri, keluarga, teman, sahabat agar imunitas antikorupsi nasional dapat terwujud demi mewujudkan cita-cita Indonesia bebas dari korupsi.
“Jaga dan perkuat imun antikorupsi dengan selalu menerapkan perilaku hidup sederhana dan berani jujur dalam hal-hal sekecil apapun, serta teguhkan selalu nilai-nilai ketuhanan, agama dan pancasila dalam rutinitas keseharian kita,” pungkas Firli.
(rmol)
Komentar