JurnalPatroliNews – Buleleng – Kendati telah dua periode menjadi Pimpinan Daerah Kabupaten Buleleng mendampingi Bupati Putu Agus Suradnyana, ST tetapi dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG sebagai Wakil Bupati Buleleng “Bersihkan Diri” sesuai adat dan agama Hindu.
Maksudnya, yakni bersihkan sosok diri sebagai warga masyarakat Hindu melalui proses upacara yang dilaksanakan oleh Sulinggih yang tugasnya di Pura Tirta Sudhamala, setempat. Acara “Melukat” yang telah dilaksanakan. Melalui proses di depan Pura Tirta Sudhamala, Kelurahan Banyuasri Kecamatan / Kabupaten Buleleng.
Setelah proses “Melukat” siapa pun warga bersangkutan selesai, dilanjutkan dengan Upacara Persembahyangan yang “Dipuput” Jmk atau Sulinggih khusus.
Proses Upacara “Pembersihan Diri” Wabup Sutjidra itu dilakukan di Rahina Tilem Ke’Tiga yang Bertepatan Dengan Kajeng Kliwon. Tepatnya? Hari Senin – 06 September 2021.
Serangkaian dengan upacara tersebut, Wabup Sutjidra bersama Forkopimda Kabupaten Buleleng juga melakukan penebaran 100 benih ikan lele di seputaran aliran sungai Pura Tirta Sudhamala, seperti diungkapkan ProKomBuleleng.
Jurnalpatrolinews pernah simak, bahwasanya Pura Tirta Sudhamala merupakan salah satu pura yang cukup terkenal di Kabupaten Buleleng. Pura ini dikenal sebagai pura penglukatan dimana air/tirta yang didapat berasal dari pancoran Sudhamala. Tirta tersebut dipercaya memiliki banyak khasiat sebagai tirta pengobatan.
Sepintas sejarah singkat mengenai Pura Tirta Sudhamala, Jurnalpatrolinews peroleh berasal dari hasil wawancara dengan Kelian Banjar / Kelian Adat Desa Pakraman Banyuasri.
Sekitar abad ke 18 terjadi ledakan air dahsyat yang tebing subak banyumala. Ledakan air tersebut menghasilkan kucuran air yang kemudian oleh warga Banyumala dipendak atau di sebarkan kepada seluruh warga dengan tujuan pembersihan dan pengelukatan. Air tersebut juga digunakan untuk pembersihan tukad banyumala. Zaman pemerintahan Ki Barak Panji Sakti di Buleleng, tukad banyumala berkedudukan sebagai benteng buleleng barat dan tukat banyuning sebagai benteng Buleleng Timur.
Bahkan, disebutkan dahulu Tukad Bayumala itu sangat kotor atau cemer, karena banyak sapi-sapi petani di Desa Banyumala yang mati, karena meminum air tukad tersebut.
Pada bulan Mei 2007, kucuran air tersebut kemudian dibuatkan pancoran yang kini diberi nama Pancoran Sudhamala. Pada tanggal 21 September 2007, pembangunan pancoran itu selsesai dan dilanjutkan dengan membangun Pura Tirta Sudhamala.
Pembangunan Pura ini mengembangkan konsep Tri Mandala, yaitu Mandala Utama, Mandala Madya, dan Mandala Nista. Bagian Mandala Utama, yaitu tempat Tukad Banyumala dan Pancoran Sudhamala berada serta terdapat Pelinggih Suci bernama Dewa Ayu Manik Sudhamala.
Bagian Mandala Madya, yaitu tempat persembahyangan dan ngaturang banten oleh para pemedek, bale pesandekan, serta terdapat Pelinggih Suci yang bernama Dewa Taksu Mamik Giri. Bagian Mandala Nista, yaitu tempat parkir para pengunjung atau pemedek yang ditempatkan di areal luar pura.
Berdasarkan arti dari kamus, Sudhamala berarti pengobatan, sehingga Pura Tirta Sudhamala berarti Pura Air Pengobatan.
Dalam konteks agama, Sudhamala berarti Pemarisudha, Penglukatan dan Peleburan. Fungsi dari Tirta Sudhamala tersebut digunakan, yaitu untuk mengobati orang yang terkena penyakit, karena ilmu hitam, orang kurang waras, serta wanita atau ibu yang sedang hamil.
Prosesi pembersihannya dinamakan “Melukat”, dimana yang dilukat adalah buana alit atau diri kita sendiri dan buana agung adalah lingkungan di sekitar kita dan tempat kita tinggal.
Tujuan melukat? Adalah untuk menghilangkan aura-aura negative yang ada pada tubuh dan sekekliling diri manusia.
Salah satu terapi penglukatan di Pura Tirta Sudhamala adalah “semedi kumkum”, yaitu dengan berendam selama satu hari satu malam di Tukad Banyumala.
Terapi ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tua atau dewasa yang bertujuan untuk membersihkan aura-aura negatif dari dalam tubuh. Semadi kum-kum ini sudah berada pada tingkat atau level atas, karena tidak sembarang orang bisa melakukan semadi ini. Hanya orang-orang yang bersungguh-sungguh serta memiliki daya tahan tubuh kuat yang dapat melaksanakan semadi ini.
“Tirta Sudhamala”, selain dipakai untuk “Melukat”, juga dapat dipakai untuk minum dan sudah di uji kesuciannya oleh lintas agama. Berbagai corak agama sudah pernah mengunjungi Pura Tirta Sudhamala dan membuktikan kekhasiatan Tirta Sudhamala.
(*/TiR).-
Komentar