Dalam hati, Saya bergumang, dasar ” kuli tinta” tak pernah absen dari buih tintanya sejak tempo doeloe.
Si Sulung Rahmat pun mendekat dan “pret, pret, pret”.Begitu bunyi jepretan kamera saku hand phonenya. Dia terheran-heran. “Hari gini, masih ada wartawan menulis dengan tangan?, Ujarnya berbisik. Aksara katanya yang ditorehnya ini memang sangat rapi.Anda bisa melihatnya saat dipaparkan di depan jurnalis dunia di Bali pekan ini
Meski era revolusioner Industri 4.O mengharuskan kita semua menerapan teknologi modern, tapi berbeda dengan Bob yang satu ini, belum tergusur zaman dan masih aktif menulis menggunakan pena pada secarik kertas. Jumlahnya lumayan banyak pula.Apakah ini disebut budaya atau kebiasaan, yang tak lapuk tersiram hujan dan tak lekang diterjang panas teriknya matahari?Wallahualam bissawab.Naskah sajian bertulisan tangannya sambung menyambung dan sebagian lagi berhuruf kapital. Semua berkas tulisan tangan ini dipersiapkan dalam rangka pe FCrtemuan ke 20 Confederation Of ASEAN Journalists di Bali.
“Saya sengaja mempersiapkan seluruh bahan persidangan, buku panduan, kehadiran peserta dari berbagai Negara Asean.Tidak hanya itu, juga sudah melakukan koordinasi dan berkonsultasi langsung dengan Mr. President CAJ Thepchai Yong, dari Bangkok” sebut Bob Iskandar kepada penulis petang itu.Bob kini sedang sibuk untuk persiapan peanugerahan gelar profesor Maret 2023 mendatang.Insya Allah.
Persiapan matang dan komplit sejak tiga bulan lalu, walaupun nanti keputusan terakhir tentu pimpinan PWI hanya membaca dalam waktu singkat saja, katanya dengan nada merendah.Tugas lain juga harus dimonitornya, jumlah peserta, copy paspor dan berbagai administrasi kecil lainnyadari A hingga Z.Tujuannya agar tamu asing jangan sampai kecewa.
Komentar