Ilmu Pertahanan

Guna memperhebat senjata melalui kekuatan pikiran tersebut, Bung Karno pada tanggal 4 Juli 1927 mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai inilah yang berdiri di depan, melakukan kursus-kursus politik, dan mengorganisir rakyat hingga bangkitlah kesadaran kolektif untuk merdeka. Dari sinilah kekuatan yang maha dahyat timbul. Segenap rakyat Indonesia sadar tentang pentingnya menyatukan kekuatan guna menghadapi Belanda yang saat itu tampil sebagai salah satu kekuatan kolonialisme terbesar di dunia. Pada masa itu, hegemoni Belanda di perdagangan internasional mampu memegang kendali atas komoditas kopi, gula, karet, coklat, teh, minyak atsiri, dan berbagai varian rempah-rempah yang bernilai tinggi. Namun kolonialisme Belanda yang sudah berurat berakar dalam sistem pemerintahan, sistem pendidikan, sistem perdagangan, dan militer ternyata bisa dikalahkan oleh kekuatan alam pikir yang menggerakkan rakyat untuk bangkit.

Di sinilah terletak keuanggulan strategi Bung Karno. Ia tidak memilih head to head melawan kekuatan pertahanan Belanda. Ia lebih memilih memadukan kekuatan alam pikir dan kekuatan rakyat yang bersatu. Hal yang sama dilakukan dalam operasi pembebasan Irian Barat. Bung Karno mengedepankan kekuatan ide dan imajinasi. Dalam operasi ini, kekuatan militer Belanda dihadapi dengan perpaduan diplomasi luar negeri dan pertahanan, termasuk menggalang kekuatan the new emerging forces dari bangsa-bangsa Asia, Afrika dan Amerika Latin. Di sini kekuatan ide, daya imajinasi, diplomasi, militer, dan kekuatan semangat bangsa terbukti menjadi strategi paling ampuh untuk mengusir Belanda yang dikatakan sebagai “pisau belakang kapitalisme yang setiap saat bisa menusuk Indonesia dari belakang”.

Ilmu pertahanan dalam inti kekuatannya bersentuhan dengan kehendak dan semangat kolektif yang menyatu dengan rakyat. Ilmu pertahanan setiap bangsa berbeda dengan bangsa lain. Ilmu pertahanan ini sangat khas. Sebab hanya bangsa Indonesia sendirilah yang tahu persis tentang cara bagaimana mempertahankan diri. Bangsa Indonesia sendirilah yang paling memahami segala hal yang berkaitan dengan Tanah Air Indonesia dan bagaimana cara mempertahankannya.

Karena itulah menurut Bung Karno, pertahanan negara harus dibangun di atas cara pandang geopolitik. Pengetahuan geopolitik berupa pemahaman terhadap tanah airnya, manusianya, jiwa suatu bangsa, sumber daya, dan kekuatan budaya suatu bangsa. Pemahaman geopolitik yang dimaksudkan di sini mencakup seluruh hal yang berkaitan dengan konstelasi geografi, konstelasi ekonomi, dan konstelasi budaya, serta konstelasi politik.

Ilmu pertahanan mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa. Karena itulah mengapa pertahanan negara menjadi tanggung jawab setiap warga negara Indonesia. Meskipun demikian, ilmu pertahanan tidak hanya berkaitan dengan daya survival suatu bangsa. Implementasi ilmu pertahanan harus mendorong kepamimpinan bangsa Indonesia di panggung dunia, termasuk kemampuan untuk melakukan force projection.

Dalam dunia militer, kemampuan suatu negara untuk bisa mengarahkan kekuatan militer di luar batas wilayahnya disebut sebagai force projection. Force projection ini pernah dilakukan Indonesia di dalam mendukung kemerdekaan Aljazair, mendukung nasionalisasi Terusan Suez di Mesir; mendukung perjuangan Pakistan di dalam menghadapi imperialisme Inggris. Kemampuan yang sama juga ditunjukkan dengan mengirimkan pasukan perdamaian di berbagai belahan penjuru dunia.

Komentar