Mulai Bangkit, Bos OJK Yakini, Fundraising Pasar Modal 2021 Bisa Tembus Rp 180 T

JurnalPatroliNews – Jakarta, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini aktivitas penghimpunan dana melalui penawaran umum di pasar modal atau fundraising pada 2021 diproyeksikan mencapai Rp 150 triliun-Rp 180 triliun seiring dengan jumlah pipeline yang sudah ada dan disampaikan kepada otoritas pasar modal dan otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Di pasar modal, kami optimistis raising fund Rp 150-180 triliun. Karena kita bisa indentifikasi yang masuk di pasar modal sudah ada, pipeline sudah ada,” katanya dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2021, secara virtual yang disaksikan di Hotel Kempinski, Selasa (22/12).

“Semoga gak surprise-surprise yang lain, dan mudah-mudahan ini bisa kita lakukan. Kuncinya bukan proyeksi outlook, tapi menyambut baik komoditas apa yang jadi perhatian kita untuk UMKM misalnya,” katanya.

Sebagai catatan, proyeksi ini lebih tinggi dari yang disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pasar Modal OJK Hoesen, dalam paparan virtual, di Jakarta, Senin (2/11/2020).

Ketika itu Hoesen memproyeksikan pada tahun depan, fundraising pasar modal bisa mencapai angka seperti yang diraih di 2019 antara Rp 130 triliun hingga Rp 160 triliun.

“2021, itu (kondisinya) sesuai dengan pantun, ga ada hubungannya, ‘Ke Ciamis beli batik, batik gak ada di Ciamis adanya teh manis’,” kata Hoesen.

“Harus bangun optimisme 2021, kita akan dekati angka [fundraising] 2019 yaitu Rp 130-160 triliun. Harapannya, rasionalitasnya dengan perbaikan ekonomi dan kebutuhan sektor riil, kebutuhan dana dari pasar modal untuk bantu usaha,” tegas Hoesen.

OJK juga berharap dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi, sektor riil bisa tumbuh dan peluang 2021 untuk melakukan ekspansi.

Sebagai perbandingan, tahun lalu, aktivitas penghimpunan dana melalui penawaran umum di pasar modal mencapai Rp 166,8 triliun dari 60 emiten baru.

Tahun ini, OJK memprediksi penghimpunan dana bisa mencapai Rp 100 triliun lebih sedikit, turun dari target tahun ini sebesar Rp 160 triliun seiring dengan kondisi dampak pandemi Covid-19.

Hingga akhir September 2020, fundraising di pasar modal baru mencapai Rp 85,9 triliun, dengan jumlah emiten baru sebanyak 46 perusahaan tercatat.

Lebih lanjut, Wimboh menjelaskan bahwa kondisi saat ini sulit diprediksi dibanding kondisi ekonomi sebelum-sebelumnya mengingat dunia dilanda pandemi Covid-19.

“Kalau tahun sebelum-sebelumnya lebih gampang diprediksi, sekarang ini sulit, dan ini poin penting yang harus kita lakukan. OJK harus transform, jasa keuangan untuk mendukung pemulihan ekonomi ini, harus dilakukan.”

“Ini [kondisi pandemi] lain dari biasanya dan kita tidak bisa bekerja seperti biasanya. Bahkan kebijakan kita extra ordinary dan di lapangan bersinergi dengan pemangku kepentingan dan bekerjanya harus extra ordinary.”

Dia mengatakan, segala relaksasi dan insentif kebijakan, dan kerja sama dengan para pemangku kepentingan lain termasuk Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, serta BEI, bisa memberikan keleluasaan bagi pelaku pasar.

Dampaknya, pasar modal saat ini mulai bangkit kembali, terlihat dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang jeblok di bawah level 4.000, saat pandemi, kini di atas level 6.000.

“Pasar modal jangan [sampai] terkontraksi besar, karena kalau kontraksi besar, saham akan terkoreksi besar. Pasar modal dengan kebijakan besar agar tidak terlalu dalam, [IHSG] sempat 4.000 dan sekarang sudah positif indeksnya di atas 6.000.”

Data perdagangan mencatat, pada sesi I, Selasa ini (22/12), IHSG ditutup di level 6.113, meski turun 0,84%. Tapi secara 6 bulan terakhir, IHSG melesat 26%, dan year to date hanya minus 2,95%.

(*/lk)

Komentar