Pertahankan Budaya Negeri Sendiri, Sultan Johor Ingatkan : Stop Tiru Arab!

JurnalPatroliNews, Jakarta – Sultan Johor mengingatkan warga Malaysia untuk mempertahankan budaya mereka daripada mencoba meniru orang-orang Arab, di tengah meningkatnya konservatisme di kalangan Muslim dan adopsi praktik kebudayaan Arab.

Sultan Ibrahim Ibni Sultan Iskandar mengatakan kepada harian setempat, The Star, dirinya condong menggunakan bahasa Malaysia seperti “Hari Raya” dan “buka puasa” daripada menggunakan istilah Arab “Eid al-Fitr” dan “iftar”.

“Jika ada di antara kalian yang ingin menjadi orang Arab dan mempraktikan budaya Arab, dan tidak berkeinginan mengikuti adat dan tradisi Malaysia kita, itu terserah Anda. Saya juga mempersilakan Anda untuk tinggal di Arab Saudi,” kata Sultan seperti dikutip dalam wawancara yang dimuat pada 24 Maret 2016.

“Itu adalah hak Anda tapi saya percaya ada orang-orang Malaysia yang bangga atas kebudayaan Malaysia mereka. Paling tidak saya tidak pura-pura dan tidak hipokrit dan warga Johor tahu siapa pemimpin mereka,” kata Sultan menambahkan.

Komentar Sultan itu datang di tengah “Arabisasi” Islam di Malaysia, dimana tekanan pada perempuan Muslim untuk menggunakan jilbab dan menutup aurat mereka meningkat sama seperti meningkatnya penggunaan kosakata Arab dan pakaian seperti jubah.

Sultan Ibrahim juga mengatakan kepada The Star bahwa dia berjabatan tangan dengan perempuan, meskipun konservatif Muslim tidak menyetujui para anggotanya berjabatan tangan dengan yang berbeda jenis kelamin.

“Mengapa saya harus berubah? Anda tidak harus menjadi fanatik. Jika mereka (perempuan) tidak yakin, saya bertanya apakah mereka mau berjabatan tangan. Jika mereka tidak mau, tidak masalah,” katanya lagi.

Pemimpin ini juga melontarkan kritik untuk Jabatan Kerja Raya (JKR) yang memasang pemberitahuan bahwa perempuan Muslim bakal digantung dengan rambut mereka sendiri di neraka jika mereka tidak berpakain tertutup.

“Sejak kapan JKR, baik di level negara bagian atau distrik punya kewenangan di persoalan keagamaan? Pekerjaan utama mereka adalah untuk memastikan jalan-jalan raya dikelola dengan benar dan tidak mempersoalkan rambut perempuan,” kata Sultan Ibrahim.

“Bukanlah urusan lembaga pemerintahan untuk ribut tentang cara berpakaian orang-orang. Lakukan pekerjaan sesuai bayaran Anda dan urusi urusan Anda sendiri,” tegasnya.

Ketua Komite Negara Bagian Pekerjaan Umum, Pedesaan, dan Pembagunan Daerah Datuk Hasni Mohammad dikabarkan bakal mencabut pemberitahuan tersebut. (themalaymailonline.com)

(*/lk)

Komentar