Tak Setuju Perubahan! Luhut Minta Proyek Andalan Jokowi Dilanjutkan, Ini Alasannya

JurnalPatroliNews – Jakarta, – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar pemerintahan berikutnya dapat melanjutkan program-program yang telah dibangun Presiden Joko Widodo (Jokowi). Khususnya mengenai program hilirisasi sumber daya mineral dalam negeri.

Oleh sebab itu, Luhut mengaku tidak setuju dengan salah satu pihak bakal calon presiden (bacapres) yang berniat melakukan perubahan terhadap kebijakan pemerintahan saat ini.

“Jadi saya tidak setuju atau tidak setuju ketika orang mengatakan membuat perubahan. Apa yang akan berubah?,” kata Luhut dalam acara “Nickel Conference 2023” di Jakarta, dikutip Senin (31/07/2023).

Semula, Luhut membeberkan bahwa program hilirisasi sumber daya alam di dalam negeri tidak hanya terbatas pada nikel saja. Pasalnya, Indonesia masih mempunyai sumber daya alam lainnya yang dibutuhkan dunia saat ini seperti timah, bauksit, kobalt hingga rumput laut.

Menurut Luhut, dengan adanya program hilirisasi sumber daya alam tersebut, nantinya akan banyak industri-industri baru yang terbangun dan bermanfaat bagi penciptaan lapangan kerja. Hal ini tentunya akan berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi RI.

“Siapapun yang akan menjadi pemerintahan berikutnya, Mereka harus melakukan ini,” kata dia.

Luhut menceritakan, setidaknya butuh waktu lima tahun bagi dirinya untuk memahami keseluruhan sistem untuk membangun ekosistem hilirisasi yang terintegrasi. Karena itu, kebijakan pemerintahan yang sudah dilakukan saat ini harus dilanjutkan.

“Jadi menurut saya lain kali anda dapat membayangkan jika anda mengatakan untuk mengubah sesuatu juga akan memakan waktu sebelum anda dapat menerapkannya. Jadi yang ini, anda tinggal melakukan penyesuaian di sana-sini,” katanya.

Dalam catatan Luhut, nilai tambah ekspor hasil hilirisasi nikel di dalam negeri tiap tahunnya mengalami lonjakan yang signifikan. Ambil contoh pada tahun 2014, nilai ekspor dari bijih nikel yang belum di hilirisasi hanya mencapai US$ 2,1 miliar.

Sementara itu, pada saat kebijakan hilirisasi berjalan, nilai ekspor nikel melesat menjadi US$ 11,6 di tahun 2020, lalu US$ 22,214 di tahun 2021 dan di tahun 2022 kembali mengalami lonjakan mencapai US$ 33,8 miliar atau Rp 507,33 Triliun (asumsi kurs Rp 15.010 per US$.

“Tahun 2014 nilai ekspor sekitar US$ 2 bilion. Sekarang (2022) US$ 33,8 bilion. Ini untuk klarifikasi kepada kalian semua,” ungkap Luhut dalam “Nikel Conference 2023”, Selasa (25/7/2023).

Komentar