HeadlineKesehatan

Wah! IDI Minta Jokowi Batalkan Libur Panjang Akhir Tahun

Avatar
×

Wah! IDI Minta Jokowi Batalkan Libur Panjang Akhir Tahun

Sebarkan artikel ini
Foto: Ruas tol Jakarta-Cikampek. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

JurnalPatroliNews – Jakarta, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyoroti adanya lonjakan kasus positif Covid-19, setelah adanya kebijakan cuti bersama yang diputuskan pemerintah.

Ketua IDI, dr. Daeng M Faqih, mengatakan dari peristiwa penularan Covid-19 yang terjadi sejak Agustus hingga November 2020 saat ini, kasus penularan virus corona meningkat setelah adanya kebijakan libur bersama.

JPN - advertising column


Example 300x600
JPN - advertising column

“Libur bersama itu memprovokasi atau memicu kerumunan atau aktivitas berkerumun kita. Sehingga untuk mencegah terjadi lagi lonjakan yang besar, kami sebenarnya dari IDI, memohon, sangat memohon kepada pemerintah untuk mempertimbangkan kebijakan libur bersama, cuti bersama ditiadakan,” jelas Daeng dalam siaran virtual, Senin (30/11/2020).

“Karena ini (cuti atau libur bersama) memicu kegiatan kerumunan dan akan memicu lonjakan penularan di masyarakat,” kata Daeng melanjutkan.

Seperti diketahui, berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada Oktober 2020 lalu, masih ada masyarakat tidak percaya akan adanya penularan virus corona.

Survei tersebut dilaksanakan pada 7-14 September 2020 secara online (Daring) terhadap 90.967 responden dengan komposisi 44,77% laki-laki dan 55,23% perempuan. Responden survei terdiri atas orang-orang dari berbagai kelompok usia, yaitu 17-30 tahun, 31-45 tahun, 46-60 tahun, dan lebih dari 60 tahun. Dominasi responden adalah berusia kurang dari 45 tahun.

Ada berbagai komponen yang menjadi bagian dari survei ini. Salah satunya adalah soal persepsi kemungkinan terinfeksi/tertular Covid-19.

Hasil survei BPS tersebut,terbesar memilih ‘Cukup Mungkin’, yaitu sebanyak 34,3%, ‘Mungkin’ sebanyak 29,4%, ‘Sangat Mungkin’ sebanyak 19,3%, ‘Tidak Mungkin’ sebanyak 12,5%. ‘Sangat Tidak Mungkin’ sebanyak 4,5%.

Dari hasil survei itu, artinya, 17 dari 100 responden menyatakan sangat tidak mungkin dan tidak mungkin untuk terinfeksi atau tertular Covid-19.

“Mungkin angka realnya ada sekitar 20% masyarakat yang belum percaya. Kalau kita kalikan 270 juta, sekitar 50 juta lebih pendukung yang belum percaya, dan itu sangat berisiko untuk tertularnya penyakit,” jelas Daeng.

Daeng meminta agar masyarakat tidak menganggap remeh adanya virus corona di Indonesia. Pasalnya, mutasi virus corona bisa 10 kali lipat hingga 100 kali lipat lebih cepat dibandingkan dengan penularan virus lainnya seperti flu burung, SARS, MERS, dan virus-virus lainnya.

Bahkan virus corona sampai saat ini terus bermutasi. Mutasi itu lah yang meningkatkan penularan. Bahkan, mutasi virus corona tidak berpengaruh terhadap kematian, tapi terhadap cepatnya penularan virus.

“Covid ini tidak terlalu ganas, menimbulkan kematian 2% sampai 3%, juga kesakitannya tidak separah yang ditimbulkan dari SARS, MERS, dan lain-lain. Tapi percepatan penularan Covid-19 ini bisa 10 kali lipat sampai 100 kali lipat dari penyakit lain,” tuturnya.

IDI juga meminta kepada masyarakat untuk tetap patuh dan disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan. Karena menjadi tugas semua pihak dari berbagai elemen masyarakat, untuk bisa menghindari penularan virus corona di Indonesia.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) rencananya akan memutuskan sendiri evaluasi libur dan cuti akhir tahun. Pembahasan cuti bersama ini akan kembali dilakukan pekan ini.

(cnbc)