“Soal proses tentu bank lebih cepat, investor relatif lama. Pun keuntungan kalau bank 100% dimiliki pemilik usaha, sedangkan investor sharing profit berdasarkan porsi kepemilikan dan seterusnya,” paparnya.
Sehingga kata dia, masyarakat harus berhati-hati saat meminjam uang kepada investor.
“Waspadai pinjaman online, lewat broadcast SMS, WA, dan lain-lain. Takutnya pinjaman online itu tidak diawasi OJK. Bunganya lebih besar dan terlilit hutang yang lebih banyak. Awalnya enak terima uang, tapi jadi tidak mampu mengembalikan karena bunga sangat besar,” imbuh pria asal Semarang tersebut.
BSI saat ini punya usaha mikro dengan plafon pinjaman sampai Rp200 juta serta BSI KUR yaitu produk program KUR pemerintah yang diperuntukkan bagi budaya mikro, kecil dan menengah yang mempunya usaha layak dan produktif sesuai prinsip syariah dengan skema murabahah, ijarah dan MMQ yang pinjamannya sampai Rp500 juta.
BSI Usaha mikro terdiri dari BSI KUR Super Mikro maksimal Rp10 juta, bunga 6%, tenor 3 tahun, BSI KUR Mikro, plafon Rp10-50 juta minimal 6 bulan usaha dengan bunga 6% tenor 3 tahun.
Ada juga BSI KUR Kecil plafon Rp50-500 juta dengan bunga 6% tenor 4 tahun.
“Dan BSI tidak mengenakan denda jika terlambat. BSI juga sudah beralih ke digitalisasi. Saya sekarang bisa approve pengajuan kredit lewat Handphone (HP). Itulah digitalisasi yang ditawarkan BSI. Pembukaan rekening juga sangat cepat lewat aplikasi. Hanya dalam hitungan menit sudah bisa membuka rekening,” ungkapnya.
Rivai menambahkan, pelaku UMKM penting untuk berlatih mencatat pembukuan.
Dimulai dari hal sederhana seperti pendapatan harian atau bulanan, kemudian HPP (harga pokok penjualan), dan pembukaan rekening.
“Jika rekening bagus secara saldo, maka bank akan lebih suka. Pentingnya menabung di bank untuk menambah kepercayaan bank. Dan di BSI tidak ada potongan biaya administrasi bulanan. Misalnya nasabah menabung Rp10 juta, sampai 100 tahun pun saldonya tetap sama. Malah kita kasi bonus,” katanya.
(***/Finda Muhtar)
Komentar