Perubahan Perilaku Nasabah, BSI Fokus: Penerapan Digitalisasi Sebuah Keharusan

JurnalPatroliNews – Jakarta – Kehadiran Bank Syariah Indonesia (BSI) di era revolusi industri 4.0 mempunyai tantangan yang sangat besar, yakni perubahan perilaku nasabah. Maka dari itu, sebuah keharusan bagi BSI untuk focus dalam menerapkan digitalisasi produk dan layanan perbankan. Perbankan syariah dengan image bank yang lamban dalam penerapan teknologi digital, harus dijawab dengan penerapan digitalisasi.

Tantangan perbankan syariah sekarang bukan lagi berkutat pada persoalan hukum (riba) serta produk bank halal haram, tidak. Semua itu sudah dijawab dan dijelaskan oleh berbagai fatwa dan argumentasi yang mencerahkan. Kesadaran masyarakat Islam khususnya, sudah terbangun pemahaman segala produk layanan perbankan syariah adalah perwujudan dari ekosistem keuangan yang halal. Namun demikian, tidak cukup sampai di sini, karena Indonesia dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, diharapkan menjadi potensi untuk dapat ikut menjadi bagian dari komunitas/ nasabah perbankan syariah.

Itulah sebabnya, tantangan BSI sekarang ini dan ke depan, harus berevolusi dengan perkembangan teknologi digital. Manajemen BSI harus sadar bahwa nasabah sekarang adalah masyarakat society 5.0, yakni masyarakat yang berpusat pada manusia berbasis teknologi. Segala tantangan dan permasalahan terjawab dengan memanfaatkan berbagai inovasi produk teknologi digital. Dan ini menjadi ciri khas dari masyarakat era revolusi industri 4.0 yang serba praktis/mudah, cepat serta murah.

Sehingga kehadiran BSI mampu menghapus persepsi perbankan syariah lamban dalam penerapan teknologi digital. BSI harus mampu menjadi pemimpin terdepan dalam digitalisasi perbankan syariah. BSI sebagai perbankan syariah terbesar di Indonesia dan menjadi perbankan terbesar ke-7 di Indonesia, harus terus berinovasi dengan produk dan jasa layanan digital. Banyak peluang yang dapat direbut oleh BSI, jika mampu menerapkan digitalisasi secara masif ke depan.

Selain faktor jumlah penduduk muslim terbesar, yang dapat menjadi sasaran nasabah BSI, adalah ekosistem halal yang dapat kembangkan oleh BSI untuk tumbuh bersama dengan berbagai ekosistem yang ada di Indonesia. Seperti pengelolaan dana kas masjid, yang jumlahnya mencapai 290 ribu lebih, memiliki potensi dana umat ratusan miliar rupiah. Studi yang dilakukan Dr. Muhammad Akhyar Adnan, MBA., Ak., CA dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2012 ditemukan idle cash (dana masjid yang menganggur) sebanyak Rp 304,542 miliar, di Yogyakarta. Jika se Indonesia, dapat dibayangkan. Artinya ada potensi ekonomi umat di masjid.

Demikian juga di kelompok penyelenggaraan umrah dan haji, khusus umrah mencapai 800 ribu lebih jamaah, bahkan tahun 2018 mencapai satu juta jamaah (Data Kementerian Agama). Berapa perputaran uang di sini? Masih banyak ekosistem yang dapat dirangkul oleh BSI, untuk diajak tumbuh Bersama, seperti Lembaga pengelolaan wakaf, zakat dan infaq; juga lembaga pendidikan Islam sekolah/madrasah, industri makanan halal, wisata halal, fesyen Islami, dan banyak lagi, tak terkecuali yang sedang trend sekarang adalah e-commerce.

Khusus e-commerce, potensi perputaran uang di sini sangat luar biasa. Dari penjelasan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) ada 130 pelaku usaha perdagangan melalui sistem elektronik per September 2022. Sudah terkumpul setoran mencapai Rp 8,05 triliun pajak 2022 (dikutip sumber detik/19 Okt 2022). Berarti, ada lebih Rp 80 triliun uang beredar dari transaksi e-commerce di Indonesia. Traffic ini dapat dibidik oleh BSI, jika penerapan digitalisasinya juga diperhitungkan oleh pelaku e-commerce tersebut.

Komentar