Bos Pizza Hut Mengeluhkan Penurunan Bisnis karena Gerakan Boikot

JurnalPatroliNews – Amerika – Pizza Hut, waralaba restoran asal Amerika, menjadi salah satu korban dari gerakan boikot anti-Israel. Dampak luas dari gerakan ini telah membuat sejumlah gerai Pizza Hut di Indonesia mengalami penurunan pelanggan. PT Sarimelati Kencana Tbk. (PZZA), perusahaan yang mengelola Pizza Hut di Indonesia, mengakui hal ini.

Direktur PZZA, Boy Ardhitya Lukito, mengungkapkan bahwa gerakan boikot telah berdampak pada kinerja perusahaan, dan situasi serupa juga dialami oleh waralaba lain di sektor makanan dan minuman.

“Selain Pizza Hut, semua merek luar negeri di industri makanan dan minuman, serta produk konsumen sehari-hari atau fast-moving consumer goods juga terpengaruh,” ujar Boy dalam risalah Public Expose di Keterbukaan Informasi, dikutip pada Jumat (8/12/2023).

Direktur Utama PZZA, Hadian Iswara, menambahkan bahwa fatwa MUI yang melarang pembelian produk pro-Israel seharusnya bersifat normatif. Namun, ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang menggabungkan daftar perusahaan terafiliasi dengan Israel, tanpa kejelasan kebenarannya. Pizza Hut Indonesia termasuk dalam daftar tersebut.

“Kami tentu terdampak oleh situasi ini, tetapi kami telah berupaya memberikan penjelasan di berbagai daerah melalui outlet kami dan kepada pejabat-pejabat terkait, termasuk MUI dan Kementerian Agama,” jelasnya.

Boikot terhadap produk Israel merajalela setelah eskalasi konflik antara Israel dan Hamas pada awal Oktober 2023. Akibatnya, banyak masyarakat dunia, termasuk Indonesia, mengajukan seruan boikot terhadap produk yang mendukung Israel.

Kerugian Pizza Hut Sebelum menjadi sasaran boikot produk Israel, PZZA mencatat rugi bersih tahun berjalan hingga kuartal III tahun 2023 sebesar Rp 38,95 miliar. Angka ini meningkat 9,74% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022 yang sebesar Rp 35,49 miliar.

Meskipun penjualan bersih perseroan meningkat 4,36% secara tahunan menjadi Rp 2,75 triliun, beban pokok penjualan hingga September 2023 juga naik 2,96% menjadi Rp 1,67 triliun. Akibatnya, rugi perseroan sebelum pajak penghasilan mencapai Rp 48,26 miliar pada Januari-September 2023, meningkat dari Rp 40,14 miliar tahun sebelumnya.

Total aset perseroan hingga kuartal III tahun 2023 mencapai Rp 2,32 triliun, menurun dari Rp 2,50 triliun pada Desember 2022.

Komentar