“Ada beberapa pendekatan yang sudah kami lakukan melalui inisiatif inkubator, enabler, aggregator, dan akselerator. Dengan mengoptimalkan peran mereka, maka produk UMKM bisa memiliki daya saing yang tinggi,” kata Fiki.
Sementara itu Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Muhammad Neil El Himam menambahkan bahwa landskap UMKM di Indonesia berubah drastis sejak adanya pandemi COVID-19. UMKM dituntut untuk menyesuaikan diri dengan memanfaatkan teknologi digital dalam menjalankan usahanya.
“Saat pandemi terjadi akselerasi yang sangat pesat karena semua orang bertransformasi ke arah digital termasuk UMKM untuk memasarkan produknya dengan adanya platform ecommerce,” kata Neil.
Beberapa subsektor UMKM yang tumbuh paling pesat di era teknologi digital terutama sejak pandemi adalah sektor kuliner, fesyen, dan kriya. Sejauh ini kontribusi ekonomi digital termasuk dari ketiga sektor tersebut terhadap PDB nasional mencapai 15-20 persen.
Dewi Tenty Septi Artianty, pegiat koperasi dan UMKM membenarkan bahwa pandemi COVID-19 menjadi pintu gerbang bagi banyak UMKM beralih dari jualan offline ke online. Hal ini menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan agar ke depan tren perdagangan digital tetap dapat dilakukan dengan tetap mempertahankan kualitas produknya.
Dia berharap agar pemerintah dapat menjembatani proses transformasi bisnis UMKM agar lebih berkembang di era teknologi digital dengan menyediakan rumah digital sebagaimana KemenKopUKM menyiapkan rumah produksi bersama. Hal ini diperlukan agar pelaku UMKM bisa meningkatkan SDM dan produknya melalui rumah digital tersebut.
“Jadi perlu lebih diperbanyak lagi keberadaan rumah produksi yang sudah support dengan ekosistem digital, terutama bagaimana membuat produk UMKM lebih cantik dan bisa diterima di berbagai pasar,” kata Dewi.
Komentar