Sumber Devisa Negara, Kadis Pertanian Purbalingga Apresiasi Petani Milenial Holti Desa Tlahab, Ini Kata Mukodam

JurnalPatroliNews – Purbalingga,– Sektor pertanian di indonesia sangat berpeluang di kembangkan dan ditingkatkan hasil panennya untuk menjadi komoditas ekspor, Akan tetapi harus dengan ketentuan standar yang ada, yang sesuai dengan aturan ekspor internasional, Seperti halnya yang di lakukan oleh Ngahadi Hadi Parwoto Petani milenial dari Desa Tlahab Purbalingga, Hal ini dikatakan Mukodam, S.Pt, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, di Kaki Gunung Slamet Desa pengalusan, Purbalingga, Sabtu (27/2).

” Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga tentunya memberikan apresiasi kepada pelaku usaha milenial agro bisnis holtikultura (Petani milenial)yang dimotori oleh Mas Hadi (Ngahadi Hadi Parwoto-red) yang telah berkontribusi sebagai pelaku usaha dan juga sebagai Petani Budidaya Holtikura yang telah menembus pasar ekspor ke Singapore dan negara tujuan lainnya,” Ujar Mukodam, S.Pt

Kita akan terus mendorong para petani milenial, Kata Mukodam, S.Pt, Agar para petani binaan Mas Hadi, terus berkiprah dalam bidang pertanian, budidaya holtikultura sebagai komoditas pasar ekspor terbuka.

“Komoditas ekspor ini menjadi sangat penting, Karena memiliki nilai tambah lebih baik dari produk lokal, Sebagai penyeimbang atau memperkuat pangsa pasar lokal, serta adanya transfer teknologi, bagaimana cara panen, Pasca panen, bagaimana cara griding dan lainnya yang dilakukan oleh petani holti,” tambahnya.

Lanjutnya, Harapan secara luas dengan adanya ekspor tentunya ada devisa negara dan juga penyerapan tenaga kerja lokal sudah pasti.

“Komoditas ekspor di Purbalingga meliputi Buncis Varietas kenya atau baby buncis, buncis lokal, kentang, tomat, labu madu, Nanas madu, Umbi (ubi jepang dan ubi ungu),” Jelasnya.

Dan untuk komoditas perkebunan, Kata Mukodam, S.Pt, meliputi Gula kelapa kristal, Sapu gelaga arjuna, minyak aksiri (sereh wangi dan nilam).

“Saat ini untuk ekspor gula kelapa kristal organik 400-500 Ton /bulan, Sedangkan untuk permintaan ekspor sayur mayur masih lebih banyak lagi permintaan pasar di luar negeri,” tandasnya.

Masih kata Mukodam, S.Pt, Pemerintah dalam hal ini, Dinas pertanian akan terus mendorong minat petani konvensional menjadi petani mekanisasi dan moderenisasi, Serta mengajak para pemuda untuk mengadopsi pola petani konvensional untuk menjadi petani milenial.

” Tentunya kepada pemerintah pusat, Dinas Perindustrian perdagangan, Pertanian, Kementerian Koperasi UKM, (Syukur-syukur dibantu dalam hal permodalan) serta dinas terkait lainnya, agar lebih mensupport dan bersinergi dan berbagi porsi untuk mengembangkan pertanian di Purbalingga lebih maju lagi,” Pungkasnya.

Diketahui sebelumnya, Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM, Agus Santoso mengungkapkan, Kementerian Koperasi dan UKM telah menetapkan sektor-sektor yang menjadi prioritas dalam pengembangan koperasi dan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dengan menggunakan pendekatan klaster atau komoditas unggulan.

Adapun sektor-sektor yang menjadi prioritas dalam pengembangan kemitraan koperasi dan UMKM yaitu bidang makanan dan minuman, pertanian, perkebunan dan peternakan, tekstil dan produk fashion, pariwisata berbasis wisata alam, perikanan, dan industri (ekonomi kreatif, jasa dan alat kesehatan/APD).

“Pendekatan yang kita bangun adalah klaster atau komoditas unggulan dengan lima rencana kegiatan aksi,” kata Agus Santoso dalam webinar Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui Peningkatan Daya Tahan UMKM, Jumat (26/2/2021).

Rencana aksi yang akan dilakukan yaitu digitalisasi koperasi dan UMKM, pembangunan koperasi yang terintegrasi dengan perhutanan sosial, pembangunan trading house, pembangunan sentra pemasaran produk UMKM di daerah, dan juga pengembangan database UMKM.

Mengutip ucapan Menkop UKM Teten Masduki, Agus menegaskan, kebangkitan koperasi dan UMKM merupakan kunci pemulihan ekonomi. Untuk menghubungkan sisi hulu dan hilir, pemerintah memberikan pendampingan dan pelatihan UMKM, serta perbaikan proses bisnis UMKM untuk terhubung dalam rantai pasok dan transformasi ke formal.

“Ini yang sebetulnya kita ingin garis bawahi, agar semua ekosistem UMKM itu harus dibangun dengan klaster, produknya masuk ke rantai pasok global, sehingga Indonesia ini membangun pembiayaan walaupun kecil-kecil, tetapi masuk dalam satu global value chain financing. UMKM ini kita kita dampingi untuk dapat perizinan supaya mereka bisa masuk ke formal. Mereka yang bersatu padu kemudian kita masukan dalam satu wadah koperasi, sehingga mempunyai wadah yang merupakan legal formal untuk bisa bersaing dengan perusahaan badan hukum lainnya,” kata Agus.

(*/lk)

Komentar