Dan kita tidak ingin seperti itu. Tidak ada program yang tidak bagus, tetapi kenapa tidak bisa berlangsung karena tidak berkelanjutan, tidak diupayakan keberkelanjutannya ini. Inilah perlu pemikiran-pemikiran, perlu sebuah koordinasi, kerjasama antara pihak-pihak, stakeholder tentunya yang khusus menangani bidang ini sehingga ini betul-betul berkelanjutan dan kita BMI mempunyai konsep berkelanjutan itu,” jelas Dokter Caput rinci.
Sementara itu, di Kabupaten Buleleng target penanaman sorgum di tahun 2023 seluas 30 hektar, seperti penjelasan Gusti Ayu Maya Kurnia.
Wanita yang menjabat sebagai Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng; mengaku bersyukur adanya kelompok yang mau ikut menanam sorgum.
“Kita bersyukur kelompok tani yang bergabung di BMI Buleleng, sekarang 12 hektar sudah terealisasi panen dari target 20 hektar,” ujarnya.
Gusti Maya berharap BMI Buleleng dapat bekerja sama dengan Unit Pengolahan Sorgum KTT Niki Sato yang ada di Desa Sanggalangit. Sehingga pengolahan hasil panen sorgum dapat terserap di unit yang berada di wilayah barat Kabupaten Buleleng.
“Kita punya Unit Pengolahan Sorgum KTT Niki Sato di Sanggalangit, berharap ada kerja sama sehingga pengolahan dapat dilakukan di sana,” harapnya.
“Di sana pengolahan sorgum menjadi beras dan tepung,” tambahnya.
Di lain pihak, Ketut Astawa, Ketua Majelis Madya Subak Kabupaten Buleleng; berharap ke depan BMI Buleleng dan Dokter Caput dapat membudidayakan tanaman selain sorgum. Astawa juga berharap Dokter Caput dapat memimpin Kabupaten Buleleng ke depannya karena kepeduliannya terhadap petani.
“Pemimpin seperti Dokter Caput yang kami harapkan untuk memimpin Buleleng ke depan karena antusias dengan pertanian, memajukan pertanian khususnya tanaman sorgum,” katanya menambahkan, “Kami harap ke depan ada budidaya tanaman lain selain sorgum,” harapnya.
Komentar