Dr Caput Berikan Kado Special “Ensiklpoedia Soekarno” Buat HUT Kemerdekaan RI ke-78

Ia melanjutkan, “Karya inilah yang menjadi sebuah referensi, khususnya kita sebagai anak ideology Bung Karno untuk melebih memahami apa itu, siapa itu, dan bagaimana itu Bung Karno dan ideologinya beliau.”

Sebagai sebuah referensi nilai-nilai ajaran tokoh besar Sang Proklamator, maka Ensiklopedia Soekarno wajib diketahui oleh semua masyarakat terutama kalangan pendidikan baik di tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. “Dan launching inipun sosialisasi Ensiklopedia dan kita juga selaku anak ideologi Bung Karno dari organisasi Banteng Muda Indonesia (BMI) yang merupakan sayap Parta Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ya melalui inilah kita bersosialisasi tentang ide, tentang gagasan, tentang ideology Sang Proklamator kita,” tandas Dokter Caput.

Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Bali Dewa Made Mahayadnya, SH, menyambut baik kehadiran Ensiklopedia Soekarno yang diprakrasai salah satu tokoh Buleleng, DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG.

“Jadi, saya mengilham kata dan sambutan Prof Nur bahwa ensiklopedia ini sempat mati suri dan ternyata tiba-tiba bisa hidup oleh orang-orang Buleleng. Artinya apa? Bahwa ketika kita bicara mengenai seorang tokoh Bung Karno masih terpendam. Dan hari ini dibangkitkan lagi, dimunculkan lagi berupa buku yang nanti akan terus berlanjut, berseri,” papar Dewa Jack.

Politisi asal Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Buleleng, yang juga Bendahara DPD PDI Perjuangan Provinis Bali itu menyatakan, “Ini (Ensiklopedia Soekarno) sangat penting buat kita di Buleleng, sangat-sangat penting. Kenapa? Karena Indonesia mencatat, sejarah dunia juga mencatat bahwa kelahiran dan seorang Presiden Pertama Republik Indonesia ini berdarah Buleleng. Ibunya dari Bale Agung.”

“Hal yang bisa saya sampaikan adalah berterima kasih atas ide-ide besar ini, dan ide-ide ini saya yakini menyita banyak waktu, pikiran dan materi. Dan ada seorang tokoh DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, yang memrakarsai, dan juga berterima kasih kepada tokoh-tokoh di Bale Agung, pata penglingsir Bale Agung, dan juga meminta masyarakat dan generasi muda tentunya karena berbicara Dasar Negara Pancasila hanya satu orang yang perlu kita kenal yaitu Bung Karno,” pungkas Dewa Jack.

Pada kesempatan yang sama, koordinator penyusun Ensiklopedia Soekarn, Dr Nurinwa Ki S. Hendrowinoto, bercerita panjang lebar tentang ide awal hingga bertemu dengan sosok DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG, sebagai pemrakarsa sehingga impian ini bisa terwujud.

Dr Nurinwa Ki S. Hendrowinoto mencerita bahwa dia memulai riset (penelitian) tentang Bung Karno untuk penyusunan ensiklopedia ini sejak tahun 2002. Kala itu ia melakukan riset tentan Buku Ayah Bunda Bung Karno yang didukung oleh Erick Thohir (kini menjabat Menteri BUMN RI).

“Karena itu Buku Ayah Bunda Bung Karno, Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Nyoman Rai Srimben, diterbitkan oleh Penerbit Republika Tahun 2002. Dan di daam buku itu disambut oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Setelah penulisan buku itu, saya menemukan data-data tulis ayah Bung Karno, yakni Raden Soekemi Sosrodihardjo,” cerita Dr Nurinwa.

Dr Nurinwa mengisahkan bahwa setelah semua tentang Bung Karno terkumpul dari hasil resitnya yang cukup lama ternyata tidak ada titik terang tentang kelanjutan rencana besar penyusunan Ensiklopedia Soekarno tersebut, yang olehnya disebut ‘mati suri’. “Saya anggap data-data (tentang Bung Karno) saya ketika diminta oleh Arsip Nasional maupun oleh Perpustakaan Nasional, saya tunda dan saya anggap mati suri.

Tetapi tiba-tiba, karena hubungan ketika saya menyusun roman novel Stamboel Cinta dari Bali dengan Pak Narda, hubungan ini terjalin karena saya tidak bisa Bahasa Bali, dan akhirnya dari Pak Narda ini menemukan DR dr Ketut Putra Sedana.

Dan keduanya rupanya masih belum yakni tentang bagaimana sih bentuk Ensiklopedia Bung Karno ini. Akhirnya beliau berdua ini datang ke rumah saya di Depok dan melihat sendiri barang (data-data penyusunan Ensiklopedia Soekarno) yang saya anggap mati suri ini,” kisah Dr Nurinwa.

Diceritkannya, setelah DR dr Ketut Putra Sedana dan Narda pun langsung tertarik dengan ide besar beserta data-data tentang Bung Karno yang sudah tersedia lengkap itu.

“Ternyata mereka (DR dr Ketut Putra Sedana, Sp.OG dan Narda) sangat tertarik. Karena itu kita buang, kita perbaharui, data-data yang kurang kita juga masih mencari, dan akhirnya terlaksana, yang awalnya saya pikir 11 jilid ternyata 15 jilid,” papar Dr Nurinwa seraya manambahkan proses penyusun Ensiklopedia Soekarno ini memakan waktu 15 tahun, prosesnya sejak tahun 2002.

Dr Nurinwa menceritakan bahwa Ensiklopedia Soekarno ini berisikan berita perjalanan Bung Karno mulai tahun 1927 hingga wafatnya Bung Karno pada tahun 1970.

Komentar