Ketua TP PKK Bali Jadi Narasumber Pada Rakor Percepatan Penurunan Stunting

Masih dalam paparannya, perempuan yang dikenal memiliki multi talenta di bidang seni ini menekankan pentingnya pencegahan dini pada kasus stunting.

Pencegahan stunting bisa dimulai dengan memperhatikan kesehatan reproduksi kelompok remaja putri karena mereka nantinya akan menjadi calon ibu.

“Orang tua harus memberi perhatian pada putri mereka, baik pola makan maupun kebiasaan sehari-hari,” ujarnya sembari mengingatkan pentingnya pengawasan orangtua pada penggunaan gadget yang bisa berdampak negatif pada kesehatan.

Berikutnya, pencegahan stunting bisa dilakukan melalui program screening terhadap calon pengantin. Tahap krusial selanjutnya adalah pada masa kehamilan, dimana seorang ibu harus mendapat asupan gizi seimbang untuk menjaga kesehatan calon buah hati mereka.

“Nah, setelah buah hati lahir, orang tua mesti memperhatikan tumbuh kembang anak mereka, khususnya pada 1000 hari pertama masa kelahiran. Selain asupan gizi, orang tua harus rajin membawa anak mereka ke Posyandu,” terangnya.

Kegiatan Rakortek dibuka oleh Sekda Dewa Made Indra yang mewakili Wagub Bali selaku Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Provinsi Bali. Dalam sambutannya, Sekda Dewa Indra menyampaikan pentingnya pemetaan data yang akan menjadi pedoman dalam menentukan langkah selanjutnya dalam percepatan penurunan angka stunting. Disebutkan olehnya, mengacu data tahun 2022, Bali menyisakan prevalensi stunting sebesar 8 persen.

“Itu artinya dalam dua tahun Bali berhasil menurunkan angka stunting 2,9 persen. Karena pada tahun 2020, prevalensi stunting Bali tercatat 10,9 persen,” urainya.

Kendati penurunannya cukup besar, ia mengingatkan bahwa sejumlah kabupaten masih menyisakan angka prevalensi stunting di atas 8 persen. Kabupaten tersebut yaitu Jembrana, Tabanan, Buleleng, Bangli dan Karangasem.

“Diantara kabupaten itu, Jembrana yang paling tinggi,” ucapnya. Oleh karena itu, ia mengusulkan agar pertemuan-pertemuan berikutnya yang membahas penurunan stunting dilaksanakan di kabupaten dengan prevalensi stunting masih di atas 8 persen.

Masih dalam sambutannya, Sekda Dewa Indra menekankan bahwa penguatan kolaborasi dan sinergi adalah kunci penuntasan angka stunting.

“Saya yakin, apa yang dicapai selama ini adalah hasil kolaborasi dan sinergi,” ujarnya. Oleh sebab itu, ia berharap forum Rakortek difokuskan pada langkah penguatan kolaborasi dan sinergi seluruh komponen terkait. “Semua akan sia-sia kalau tak membangun sinergi dan kolaborasi,” pungkasnya.

Sementara itu, Kepala BKKBN Provinsi bali Ni Luh Gede Sukardiasih dalam laporannya menyampaikan bahwa Rakortek bertujuan meningkatkan dan menyelaraskan kualitas pelaksanakan percepatan penurunan stunting di Kabupaten/Kota. Selain itu, kegiatan ini juga dimaksudkan mengoptimalkan peran mitra kerja, meningkatkan pemahaman percepatan penurunan stunting, menyamakan persepsi dan evaluasi program. Kegiatan melibatkan 99 peserta yang terdiri dari Satgas Stunting, OPD terkait dari Pemprov dan Kabupaten/Kota, TP PKK, Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dan lembaga pendidikan.

Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi BKKBN Sukaryo Teguh Santoso dalam sambutannya mengapresiasi keberhasilan Bali dalam menurunkan angka stunting.

Sehingga selama dua tahun terakhir, Bali menjadi daerah dengan prevalensi stunting terendah di Indonesia. Melalui sinergi seluruh komponen, ia berharap Bali bisa segera mewujudkan zero stunting dan dapat menjadi daerah percontohan dalam percepatan penurunan angka stunting.

Komentar