Lomba TTG Nusantara XXIV: “TrashKleng” Antar Ketut Cana Juara I Nasional

JurnalPatroliNews.co.id – Singaraja,- Buleleng selalu mengukir nama di level nasional. Bukan hanya Pemkab Buleleng yang mencatat prestasi nasional, tetapi warga Buleleng juga mengukir prestasi nasional.

Adalah Ketut Cana yang mengukir nama dan prestasi di level nasional. Praktisi sampah plastik yang menciptakan “ TrashKeling” antar dia sebagai Juara I Nasional dalam Lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) Nusantara XXIV.

Event prestisius ini diselenggarakan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI.

Prestasi nasional ini disabet Ketut Cana berkat kreavitas dan inovasinya mengolah sampah plasti menjadi barang yang bermanfaat. Bagi sebagian besar, sampah plastik mungkin hanya merupakan tumpukan masalah. Namun, bagi Ketut Cana, potensi tersembunyi di balik setiap limbah plastik menginspirasinya menciptakan “TrashKleng”. Melalui inovasi ini, plastik tak berguna diolah menjadi filamen printer 3D, yang diterapkan dalam beragam produk bernilai ekonomis.

Pria yang berasal dari Desa Sinabun, Kecamatan Sawan, Buleleng, Bali, itu menjelaskan kisahnya di balik TrashKleng. Inovasinya ini bukan hanya unik, tapi juga menjadi solusi konkret mengatasi masalah sampah plastik yang kian menggunung khususnya di Kabupaten Buleleng.

Nama “TrashKleng”, menurut Cana, mencerminkan esensi dari proyek ini. Jika ‘Trash’ mengacu pada sampah dalam Bahasa Inggris, ‘Kleng’ — sebuah kata dalam dialek Keling — berarti ‘mengembalikan ke posisi semula’.

Pria jebolan SMKN 3 Singaraja ini berbagi tantangan dalam menjalankan ide inovatifnya. Diketahuinya, filamen untuk printer 3D bukanlah hal yang murah. Namun, dengan tekad dan kreativitas, Cana menciptakan mesin dengan biaya Rp 2 juta yang dapat mengonversi sampah plastik menjadi filamen berkualitas tinggi.

Dalam penciptaan alat tersebut, Cana memanfaatkan berbagai barang bekas, seperti pemanas dari heater block telur, komponen power supply dari komputer lama, hingga gear box dari printer 3D bekas.

Mengedepankan aspek keberlanjutan, Cana mengungkapkan bahwa satu botol plastik jenis Polyethylene Terephthalate (PET) dapat dikonversi menjadi 11 meter bahan dasar filamen 3D.

“Saya menggali wawasan dari teknologi Rusia terkait pengolahan limbah plastik. Meski mereka memiliki teknologi mutakhir, harganya tak sesuai dengan pasar kita. Maka dari itu, saya menciptakan solusi yang lebih terjangkau namun tetap optimal,” ungkap Cana.

Visi Cana tidak berhenti di sini. Dengan TrashKleng, dia melihat peluang dalam pembuatan prostetik, seperti tangan buatan yang dapat bergerak. Dengan integrasi teknologi deteksi kerusakan otot, harapannya produk tersebut dapat membantu lebih banyak individu.

Komentar