JurnalPatroliNews – Jakarta – Harga beras di tingkat konsumen kembali mencatat kenaikan signifikan pada Januari 2025, bahkan melampaui harga rata-rata pada periode yang sama di tahun sebelumnya.
Namun, di sisi lain, harga gabah di tingkat petani justru mengalami penurunan tajam, menciptakan keanehan dalam rantai pasok pangan.
Berdasarkan data Panel Harga Badan Pangan per Senin (13/1/2025), harga beras premium naik Rp40 menjadi Rp15.560 per kg, sedangkan beras medium naik Rp20 menjadi Rp13.600 per kg di pasar eceran nasional. Sementara itu, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani hanya Rp6.480 per kg, gabah kering giling (GKG) di tingkat penggilingan turun menjadi Rp6.800 per kg, dan di gudang Bulog menjadi Rp7.510 per kg.
Ironisnya, harga beras di penggilingan mengalami peningkatan. Beras medium di penggilingan kini dihargai Rp12.230 per kg, sedangkan beras premium mencapai Rp13.770 per kg. Di DKI Jakarta, kenaikan serupa terjadi, dengan harga beras IR I (IR 64) melonjak Rp376 menjadi Rp15.176 per kg, sementara jenis IR III (IR 64/Medium) dan Setra I (Premium) juga mencatat kenaikan.
Tomsi Tohir: Harga Gabah Turun, Beras Malah Naik, Ada Apa?
Pelaksana tugas Sekretaris Jenderal Kemendagri, Tomsi Tohir, mempertanyakan anomali ini dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi di Jakarta. Menurut Tomsi, kenaikan harga beras di atas harga eceran tertinggi (HET) sangat tidak wajar, mengingat harga gabah yang sedang turun.
“Di banyak daerah, harga gabah petani menurun tajam, seperti di Simalungun yang hanya Rp5.200 per kg. Tapi anehnya, harga beras justru naik, bahkan jauh di atas HET. Ini perlu kita telusuri,” ujarnya.
Tomsi mengingatkan bahwa HET untuk beras medium seharusnya berada di angka Rp13.033 per kg. Namun, data di lapangan menunjukkan harga rata-rata sudah mencapai Rp14.173 per kg, melampaui batas yang ditetapkan.
Komentar