BPS : Daya Beli Masyarakat Melorot 40 Persen, Orang Kaya Masih Rem Belanja

Jurnalpatrolinews – Jakarta : Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi inti pada Oktober sebesar 0,04 persen dengan sumbangan ke inflasi 0,03 persen. “Tetapi di sisi lain ada penurunan harga emas perhiasan yang memberikan andil ke deflasi,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam rilis BPS, Senin (2/11/2020).

Menurut Suhariyanto, inflasi inti terjadi dipicu oleh kenaikan harga nasi dan lauk pauk. Seperti diketahui, inflasi pada bulan Oktober dipicu oleh kelompok harga makanan dan minuman yang mengalami inflasi 0,29 persen dengan andil 0,07 persen. Inflasi di kelompok ini dipicu oleh kenaikan harga cabai merah, bawang merah dan minyak goreng.

Komoditas tersebut terpengaruh oleh curah hujan di banyak daerah di Indonesia. “82 kota IHK karena cuaca yang tidak terlalu berpihak, di sana curah hujan yang tinggi berdampak pada produksi dan kualitas cabai merah dan bawang merah,” katanya.

Komoditas ini lebih berpengaruh kepada inflasi harga bergejolak, bukan inflasi inti. Namun, komoditas ini akan mempengaruhi harga lauk pauk.

Oleh karena itu, kelompok harga di inflasi umum yang andilnya cukup besar adalah penyediaan makanan dan minuman atau restoran sebesar 0,19 persen dan andilnya 0,02 persen.

Suhariyanto mengakui adanya penurunan daya beli di 40 persen kelompok masyarakat dengan pendapatan rendah.

“Biasanya inflasi inti digunakan sebagai indikator daya beli, tapi behavior masyarakat agak berbeda, 40 persen ke bawah karena terdampak Covid-19, banyak yang dirumahkan dan mengalami penurunan upah,” ungkapnya.

Sementara itu, dia melihat kelompok masyarakat menengah atas diduga masih menahan konsumsi. Dia menegaskan hal ini akan terlihat dalam rilis PDB Indonesia kuartal III/2020 pada 5 November 2020.  (Bizlaw)

Komentar