JurnalPatroliNews – Jakarta – Roda perekonomian melambat di tengah pandemi Covid-19. Banyak yang usahanya lesu hingga menjadi korban PHK. Para wirausahawan yang ingin bangkit lagi harus beradaptasi dengan kondisi baru. Mereka yang tak dapat menjual produk secara langsung di pasar atau pusat perbelanjaan harus belajar strategi penjualan lewat daring.
Berdasarkan survei pada tahap pendaftaran program Literasi Keuangan Visa #IbuBerbagiBijak, terdapat empat masalah utama yang dihadapi oleh pelaku usaha mikro, kecil, dan menangah saat hendak memulai kembali usaha mereka di masa pandemi. Presiden Direktur Visa Indonesia, Riko Abdurrahman mengatakan dua problem besarnya adalah pendanaan dan pemasaran.
Sekitar 55,2 persen dari 320 pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di Yogyakarta dan Jawa Tengah yang akan bergabung dalam program ini mengeluhkan soal permodalan. Sebanyak 37,4 persen peserta berpendapat hambatan utama mereka adalah seperti apa strategi pemasaran yang tepat. Ada juga 65,7 persen mengaku tak punya catatan keuangan yang baik, dan 83,7 persen mengandalkan dana pribadi untuk membiayai usahanya dibanding mendapatkan pinjaman dari bank, kerabat, atau investor.
“Kami menyaksikan semakin banyak masyarakat yang mulai menyadari pentingnya manajemen keuangan yang lebih baik dan perlu mendorong UMKM agar mampu go digital di era new normal,” kata Riko Abdurrahman dalam webinar kampanye #IbuBerbagiBijak pada Kamis, 26 Agustus 2021. Dalam program tersebut, menurut dia, terdapat pelatihan tentang manajemen keuangan dasar, sampai pendampingan agar UMKM dapat bertahan dan tumbuh dalam ekosistem digital.
Pada kesempatan itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menunjukkan apa saja persoalan yang dihadapi pelaku UMKM selama pandemi Covid-19. Dari pemaparannya, mayoritas pengusaha mikro, kecil, dan menengah kurang memahami metode pemasaran di era digital. “Persoalan berikutnya adalah permodalan, lalu bahan baku, biaya operasional, dan lainnya,” katanya.
Seiring waktu, Ganjar melanjutkan, para pelaku UMKM ini mulai terbiasa dan mampu mengelola usaha lewat daring. Kini, menurut dia, mereka sudah piawai membuat promosi digital, mengolah foto agar menarik, menguasai metode pengemasan yang aman, hingga pengiriman.
“Kami percaya program ini membantu pelaku UMKM menjadi lebih tangguh di tengah pandemi,” ucap Ganjar Pranowo.
Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan atau OJK yang Membidangi Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara mengatakan, untuk kembali bangkit dan memperoleh pembiayaan usaha di masa pandemi Covid-19, banyak di antara pelaku UMKM memilih solusi pembiayaan instan, namun sangat berisiko, yaitu pinjaman online ilegal.
“Kami berharap program ini dapat mengedukasi masyarakat dalam mengelola keuangannya secara bijak,” katanya.
Tirta mengingatkan agar masyarakat jangan memanfaatkan fasilitas pembiayaan atau kredit dari entitas ilegal tanpa pengawasan OJK.
“Hindari jebakan pinjaman online ilegal yang mengenakan suku bunga sangat tinggi juga perilaku debt collector yang meresahkan,” ujarnya.
(*/lk)
Komentar