Jempol! Rupiah Tanpa Cela Lawan Dolar Singapura Pekan Ini

JurnalPatroliNews – Jakarta, Kurs dolar Singapura turun cukup dalam melawan rupiah pada perdagangan Jumat (11/6/2021) pagi. Jika sampai akhir perdagangan nanti tertahan di zona merah, artinya rupiah tanpa cela berhadapan dengan dolar Singapura di pekan ini.

Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini turun 0,32% ke Rp 10.725/SG$ di pasar spot. Level tersebut merupakan yang terendah sejak 25 Mei lalu.

Sepanjang pekan ini, Dolar Singapura belum pernah menguat sekalipun melawan rupiah. Kemarin Mata Uang Negeri Merlion ini stagnan, sementara sebelumnya melemah 3 hari beruntun meski tipis-tipis saja.

Pada perdagangan hari ini, meredanya kecemasan tapering membuat rupiah mampu menguat cukup tajam. Sebagai mata uang emerging market dengan imbal hasil yang relative tinggi, rupiah diuntungkan oleh membaiknya sentimen pelaku pasar setelah isu tapering meredup pasca rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) kemarin malam.

Kemarin, Departemen Tenaga Kerja mengumumkan Indeks Harga Konsumen (IHK) periode Mei mencapai angka 5% secara tahunan. Ini jauh di atas polling ekonom oleh Dow Jones yang mengestimasikan angka 4,7%. Per April lalu, inflasi naik 4,2% menjadi laju tercepat sejak 2008.

Meski demikian, banyak yang berpendapat inflasi tinggi hanya sementara, sehingga bank sentral AS (The Fed) belum akan melakukan tapering dalam waktu dekat.

Rupiah juga mendapat tenaga dari optimisme Indonesia akan lepas dari resesi yang sudah muncul sejak pekan lalu, ketika data menunjukkan ekspansi sektor manufaktur berada di rekor tertinggi sepanjang sejarah, serta inflasi yang menunjukkan kenaikan.

Kemudian berlanjut lagi di pekan ini. Pada hari Rabu data menunjukkan konsumen semakin percaya diri melihat perekonomian saat ini dan beberapa bulan ke depan. Ini terlihat dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).

Bank Indonesia (BI) melaporkan IKK periode Mei 2021 sebesar 104,4. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 101,5.

Konsumen yang semakin pede, menjadi indikasi peningkatan konsumsi, yang semakin menguatkan ekspektasi Indonesia lepas dari resesi di kuartal ini. Apalagi BI kemarin melaporkan penjualan ritel akhirnya mengalami pertumbuhan untuk pertama kalinya setelah mengalami kontraksi selama 16 bulan beruntun.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Komentar