Kemandirian dalam Pandangan Agama dan Ekonomi

JurnalPatroliNews – Jakarta,- Kemandirian bukanlah berarti segala sesuatu dihaslkan atau diproduksi sendiri, namun lebih kepada otonomi atau kedaulatan kita untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang kita inginkan, yang juga disepadankan dengan keinginan pihak lain atau mitra kita. Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. dalam Halaqah AWM Mingguan yang diselenggarakan secara daring melalui Zoom Meeting dan channel youtube Abdul Wahid Maktub pada Jumat (3/5/2024).

Acara ini diikuti beberapa tokoh seperti Prof. Ir. Syahril, M.Sc, Ph.D. yang merupakan Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan Universitas Negeri Padang, Prof. Dr. Ir. Mir Alam, M.S. yang merupakan Pejabat Direktur Program Pascasarjana Universitas Islam Makassar (UIM Al-Gazali) Periode 2023-2027, Prof. Dr. Imam Suprayogo yang merupakan Guru Besar Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dan Prof. Abu Saad Ansari, Ph.D. dari Hongik University, Seoul, Korea Selatan. Acara yang dimoderatori oleh Dr. Andi Maryam, S.ST, M.Kes. dari Universitas Indonesia Timur ini disaksikan lebih dari 100 orang secara daring.

Lebih lanjut, Rektor Universitas Widya Mataram (UWM) ini mengatakan bahwa kemandirian bukan berarti kita sama sekali tidak tergantung pada orang atau negara lain. “Ketergantungan personal atau bahkan suku-bangsa, negara satu dengan negara lainnya, adalah sesuatu yang tidak terhindarkan, keniscayaan. Ini merupakan sunatullah,” tambahnya.

“Baik sebagai antarmanusia, dan antar bangsa, ada ketergantungan satu sama lain. Namun ini bukan menjadi seuatu halangan untuk terjadi sepanjang masing-masing tetap mempunyai tawar-menawar, bargaining position, punya kedaulatan satu-sama lain. Tidak saling mendiktekan atau bisa memaksakan kehendak satu terhadap lainnya,” tegas Prof Edy yang juga merupakan mantan Ketua Forum Rektor Indonesia ini.

Komentar