Indonesia saat ini nampak tidak adanya upaya serius untuk membangun ekosistem ekonomi syariah. “Baiknya ke depan hal itu menjadi agenda yang dimasukkan dalam program salah satu Menteri Koordinator. Agar pertanggungjawabannya jelas, pelaksanaannya juga terjadwal dan tidak ada ego sektoral antar kementerian. Semua itu dibutuhkan agar ada satu arus utama ekonomi syariah yang diurus dengan benar.” Ungkapnya.
Handi Risza, Wakil Rektor Universitas Paramadina menyatakan bahwa dalam ekonomi domestik terkait pembangunan ekonomi keuangan syariah, perlu diperjelas lagi apakah Indonesia adalah sebagai negara produsen atau konsumen. “Karena sudah terjadi saat ini produk-produk UMKM saja banyak dimasuki oleh produk impor dari China. Padahal ditilik lebih jauh, produk-produk itu bisa menjadi potensi ekonomi keuangan syariah dan industri halal dalam negeri.” Papar Handi.
“Saat ini bagaimana agar kita meningkatkan skala produktivitas dari skala mikro, ultra mikro, small business, medium business sampai pada skala korporasi. Padahal kita sudah memiliki instrumen yang sangat lengkap misalnya untuk usaha micro dan ultra mikro sudah ada social finance. Skala medium ada BMT, BPRS dll, untuk korporasi telah ada bank bank syariah. Jadi, tinggal lagi bagaimana menjalankannya secara bersama sama” tutur Handi.
“Hal itu akan menjadi satu ekosistem, dan perlu didorong dan support oleh investasi SDM di bidang ekonomi dan keuangan syariah. Lebih baik memang, sumber daya SDM ekonomi syariah berasal dari lembaga pendidikan S1 ekonomi syariah” tegasnya.
Komentar