Sri Mulyani Ingatkan Risiko Krisis Ekonomi ASEAN Akibat Perubahan Iklim

JurnalPatroliNews – Jakarta – Menteri Keuangan, Sri Mulyani, memperingatkan bahwa kawasan ASEAN berpotensi menghadapi dampak ekonomi yang serius akibat perubahan iklim. Berdasarkan proyeksi dari Bank Pembangunan Asia (ADB), Produk Domestik Bruto (PDB) ASEAN bisa mengalami penurunan hingga 11% sebagai akibat langsung dari perubahan iklim.

Meskipun ASEAN hanya berkontribusi sebesar 7% terhadap emisi karbon global, Sri Mulyani menyatakan bahwa kawasan ini memiliki peluang untuk mengatasi tantangan tersebut. Namun, dia juga menekankan pentingnya kesiapan masing-masing negara anggota ASEAN dalam menghadapi perubahan iklim, terutama dalam hal kapasitas pendanaan.

“Dengan keragaman perekonomian ASEAN, selalu ada peluang untuk mengatasi perubahan iklim. Namun, secara bersamaan selalu ada tantangan untuk memastikan bahwa setiap negara anggota ASEAN memiliki kemampuan dan kecukupan dana untuk mengatasi isu perubahan iklim,” ungkap Sri Mulyani dalam Decarbonisation Opportunities in ASEAN’ pada ajang Indonesia International Sustainability Forum 2024 (ISF 2024), dikutip Rabu (11/9/2024).

Dia menekankan bahwa proses dekarbonisasi di ASEAN akan memerlukan kolaborasi antara investasi publik dan swasta, mengingat tingginya biaya yang dibutuhkan. Salah satu langkah strategis yang disoroti adalah pentingnya taksonomi keuangan berkelanjutan ASEAN, yang dapat menjadi panduan bagi sektor swasta dalam mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon.

Sri Mulyani juga membahas target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia, yang ditetapkan sebesar 31,89% pada tahun 2030 tanpa bantuan internasional. Dengan dukungan internasional, Indonesia menargetkan penurunan emisi sebesar 43,2% pada tahun yang sama, dengan estimasi kebutuhan dana sebesar USD 281 miliar.

“Pemerintah memegang peran utama, namun sektor swasta harus lebih berperan aktif dalam upaya pengurangan emisi karbon. Mereka dapat berkontribusi melalui penerapan standar ESG, mendukung keberlanjutan, dan berinvestasi dalam teknologi hijau,” jelasnya.

Sri Mulyani menambahkan bahwa keterlibatan sektor swasta, lembaga filantropi, lembaga keuangan multilateral, dan komunitas internasional sangat penting dan harus menjadi prioritas dalam upaya bersama menghadapi perubahan iklim.

Komentar