Air Jadi Isu Kehidupan: Retno Marsudi Ungkap Ancaman Nyata bagi Umat Manusia

Lahan Basah Solusi yang Terlupakan

Alih-alih fokus pada pembangunan infrastruktur raksasa, Retno dan Mumba menekankan pentingnya solusi berbasis alam, seperti pelestarian dan restorasi lahan basah. Mereka menyebut sawah-sawah di Asia Tenggara sebagai contoh nyata: tak hanya jadi sumber pangan, tetapi juga sebagai pengatur aliran air alami.

Contoh lainnya, hutan bakau menjaga pesisir dari ancaman badai, sementara kawasan seperti Delta Okavango di Afrika menjadi oasis penting selama musim kering.

Namun, fakta pahit tak bisa diabaikan. Lahan basah saat ini hilang tiga kali lebih cepat daripada hutan. Padahal, setiap hilangnya lahan basah berarti hilangnya kemampuan bumi untuk mengelola air secara alami dan berkelanjutan.

“Kita tak bisa menyelesaikan krisis air global tanpa melindungi penjaga air alami kita: lahan basah,” tegas mereka.

Ketimpangan Pendanaan dan Jalan Keluar

Mumba dan Retno juga menyoroti jurang pendanaan global yang sangat besar di sektor air. Dengan estimasi kekurangan dana hingga US$1 triliun per tahun, hanya sebagian kecil yang diarahkan pada pendekatan berbasis alam.

Mereka menekankan bahwa restorasi ekosistem seperti lahan basah seringkali lebih murah dan lebih efektif ketimbang membangun bendungan atau instalasi pengolahan air baru.

Pesan mereka jelas: sebelum dunia benar-benar kehabisan air, sudah saatnya melihat kembali akar masalah dan kembali menghargai alam sebagai sekutu, bukan sekadar sumber daya.

Komentar