Banjir Dukungan! Sejumlah Tokoh Ramai-ramai Bela BEM UI yang Kritik Jokowi: Faisal Basri hingga Cholil Nafis

JurnalPatroliNews – Jakarta, Kritikan BEM UI yang menyebut Presiden Jokowi king of lip service memantik respons publik. Kritikan BEM UI ini dilontarkan melalui akun Instagram resmi BEM UI @bemui_official.

Menurut BEM UI, Jokowi seringkali mengobral janji namun tidak ditepati. Sejumlah tokoh masyarakat pun ramai-ramai membela BEM UI yang berani melontarkan kritikan kepada Jokowi.

Menurutnya, wajar jika mereka merasa jemu dengan kondisi negara saat ini. Alumni UI ini menyebut, sejak dulu, BEM UI melakukan riset sebelum melemparkan kritik kepada pemerintah.

“Leon, dkk. jangan gentar. Kalian pantas muak dengan keadaan negeri. Tahu kan mengapa rektor takut dengan sikap kalian. BEM UI sekarang dan sebelumnya banyak melakukan riset ilmiah, tidak asal ngomong,” kata Faisal yang dikutip dari akun Twitternya, Senin (28/6).

“Mereka punya departemen kajian strategis. Di level fakultas juga ada. Hebatnya lagi, di level universitas, pendekatannya lintas ilmu, lintas fakultas. Para dosen ketakutan karena kalau kritis dipersulit jadi guru besar,” lanjutnya.

Ketua MUI Cholil Nafis

Menurut Cholil Nafis, seharusnya kritikan yang dilontarkan para mahasiswa dibiarkan sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Dia menyebut kritikan mahasiswa justru menandakan kecerdasan penerus bangsa.

“Biasa mahasiswa itu nakal-nakal dikit, biarin aja. Itu tanda cerdas. Indonesia ini berkali-kali berubah karena gerakan mahasiswa,” kata Cholil Nafis yang dikutip dari akun Twitternya.

“Norani bangsa itu mahasiswa yang jernih membaca arah pemerintahaan, meski kadang nyakitin tapi itu cermin pemuda calon pemimpin dan intelektual bangsa,” lanjut dia.

Komunitas Santri Gus Nadirsyah Hosen

Selain tokoh masyarakat, kritikan BEM UI juga mendapatkan dukungan dari komunitas santri NU. Mereka menyebut seharusnya mantan aktivis yang sudah menjadi pejabat seharusnya membiarkan para mahasiswa mengkritik pemerintah.

“Mantan aktivis mahasiswa yang sudah jadi pejabat seharusnya santai saja kalau mahasiswa sekarang mengkritik pemerintah. Lha dari dulu siapapun pemerintahannya, mahasiswa itu ya belajar mengkritik. Entar udah jadi pejabat gantian dikritik. Siklusnya gitu,” kata satu tokoh NU Gus Nadirsyah Hosen yang dikutip dari akun Twitternya @Khazanah GNH.

Savic Ali

Direktur Nahdlatul Ulama (NU) Online Savic Ali ini menyebut kehidupan akademis tak sehat jika seorang rektor memanggil mahasiswanya yang melontarkan kritik kepasa pemerintah. Menurutnya, kehidupan akademis menjadi tidak sehat jika dikaitkan dengan politik.

“Jika rektorat sudah manggil-manggil mahasiswa urusan protes, artinya kehidupan akademiknya udah enggak sehat. Dan yang bikin gak sehat biasanya pulitik,” kata Savic dalam akun Twitternya.

Dr. Andi Khomeini Takdir

Menurut Andi, tindakan BEM UI yang melakukan kritik dengan menggunakan beberapa referensi menunjukkan kualitas pendidikan yang baik. Ia menyebut hal itu lebih baik daripada melemparkan hoaks.
“Kritikan bermodal referensi itu petanda pendidikan kita mulai menampakkan hasil. Daripada bully bermodal hoax dan fobia? Ya jelas beda kelas,” kata Andi dalam akun Twitternya.

Tokoh Islam Liberal Ulil Abshar-Abdalla

Kritikan BEM UI juga disoroti oleh tokoh Islam liberal Ulil Abshar-Abdalla. Dia menyinggung wacana presiden 3 periode yang dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kebebasan berpendapat yang dilakukan para mahasiswa.
“Baru dua periode saja, ada mahasiswa “nyindir” pemerintah langsung dipanggil rektor.

Apalagi tiga periode. Njuk terus gimana rupa negeri ini di masa depan? Sedih ya,” kata Ulil dalam akun Twitternya.

“Wis, ndangdutan saja, nek ngritik saja ndak boleh, cung. Ikut mazhabnya cah nom kae,” lanjutnya.

(*/lk)

Komentar