Dalam kesempatan ini, dia juga memaparkan bahwa Gempa bumi di Turki terjadi di wilayah yang dekat dengan pusat perkotaan dan kota-kota besar di south-central Turki. Gempa terjadi dekat dengan kota-kota besar termasuk di Provinsi Adıyaman, Kilis, Osmaniye, Gaziantep, Malatya, Şanlıurfa, Diyarbakır, Adana, dan Hatay, yang menjadi tempat tinggal bagi populasi 13,5 juta orang. Adapun kerusakan terparah terjadi di kota provinsi Hatay, Kahramanmaras, Gaziantep, Adiyaman, dan Malatya.
“Karenanya para pakar dalam FGD tersebut merekomendasikan perlu perhatian khusus bagi sesar-sesar aktif yang melalui wilayah pemukiman padat penduduk dekat kota-kota besar, seperti Sesar Besar Sumatera, Sesar Lembang, Sesar Opak, Sesar Palu-Koro, dll,” lanjutnya.
Untuk itu, Dwikorta menyimpulkan bahwa kejadian ini harus menjadi pembelajaran penting bagi Indonesia. Berkaca dari sini, salah satu hal yang perlu dilakukan Indonesia adalah penguatan sistem mitigasi gempabumi. Di antaranya dengan Penguatan/ Pengembangan Studi/Kajian/Riset dan Teknologi ; Penguatan Sistem Monitoring Kegempaan secara Kontinu dan Komprehensif ; dan, pemutakhiran/ Pengembangan Peta Bahaya Gempabumi (Seismic Hazard Map).
Tidak hanya itu, Dwikorta menilai Indonesia juga perlu melakukan penguatan Kajian Getaran Tanah (Ground Motion) ; Memperhatikan Konstruksi Bangunan Tahan Gempa dengan Building Code ; Penegakan Peraturan Pendukung Sistem Mitigasi Gempabumi ; serta Edukasi, Literasi, Advokasi secara inklusif dan berkelanjutan.
Komentar